Jumat, 13 Juni 2014

Makalah Mata Pencaharian di daerah Lembang


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Mata pencaharian merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup (ekonomi) dengan cara bekerja. Mata pencaharian masyarakat berbeda satu sama lain. Perbedaan itu diantaranya dapat disebabkan oleh keadaan geografis, sosial, maupun corak budaya masyarakat setempat disamping kemampuan (skill) yang dimiliki. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap corak mata pencaharian suatu masyarakat.
Masyarakat yang tinggal di daerah dataran tinggi umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini disebabkan karena wilayah dataran tinggi cocok untuk pertanian yang ditunjang oleh pasokan air yang memadai serta suhu yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Berbeda halnya dengan masyarakat yang tinggal di wilayah dataran rendah, umumnya jarang ditemui masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani karena tidak ditunjang oleh pasokan air serta suhu yang memadai. Berbeda lagi dengan masyarakat yang tinggal di daerah pantai, umumnya mereka bermata pencaharian sebagai nelayan.
Selain faktor geografis, mata pencaharian juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya suatu masyarakat. Mata pencaharian masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa. Mata pencaharian di kota bersifat heterogen, sedangkan mata pencaharian di desa bersifat homogen. Masyarakat yang tinggal di kota terdiri dari berbagai suku yang tinggal bersama dalam suatu wilayah. Mereka berbeda satu sama lain sehingga mata pencaharian yang dikembangkannya pun berbeda. selain itu pula, keadaan geografis kota yang umumnya padat oleh pemukiman tidak memungkinkan untuk mengembangkan pertanian karena lahan yang semakin sempit serta adanya peluang usaha lain. Berbeda halnya dengan masyarakat desa yang umumnya hidup bersama turun temurun dengan ikatan kekeluargaan yang kuat. Keadaan tersebut membuat masyarakat desa lebih homogen dalam memilih mata pencaharian karena tidak adanya persaingan satu sama lain. Selain itu pula, desa berbeda dengan kota dari segi kepadatan sehingga masih banyak lahan luas yang bisa di eksploitasi untuk pertanian.
Kampung Sindangwangi terletak di Desa Mekarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Masyarakat Kampung Sindangwangi umumnya merupakan masyarakat yang homogen dalam memilih mata pencaharian. Mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah bertani. Letaknya berada di dataran tinggi antara 1.312 hingga 2.080 meter diatas permukaan laut sehingga daerah ini  cocok untuk usaha pertanian.
Di tengah zaman globalilasi masyarakat Kampung Sindangwangi tetap tidak beralih profesi. Meskipun letaknya tidak jauh dari kota Bandung yang merupakan kota berpenduduk serta bermata pencaharian homogen, masyarakat Kampung Sindangwangi tetap konsisten dalam memilih mata pencaharian yaitu bertani. Hal ini merupakan suatu keunikan dari desa yang terletak di atas bukit itu. Oleh karena itu, kami tertarik untuk melakukan tinjauan lebih dalam mengenai sistem mata pencaharian di Kampung Singdangwangi ini.

B.        Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian desa dan masyarakat?
2.    Bagaimana karakteristik masyarakat desa?
3.    Mengapa pertanian dijadikan sebagai mata pencaharian utama?
4.    Bagaimana perkembangan pertanian di Kampung Sindangwangi?
5.    Apa saja jenis mata pencaharian yang ada di Kampung Sindangwangi?


C.      Tujuan Penulisan
1.    Mendeskripsikan dan memahami apa yang dimaksud dengan desa dan masyarakat.
2.    Mendeskripsikan dan memahami karakteristik masyarakat suatu desa.
3.    Mengkaji lebih dalam mengenai mata pencaharian utama di Kampung Sindangwangi.
4.    Mengetahui serta memahami perkembangan pertanian di Kampung Sindangwangi.
5.    Mengetahui dan mengkaji jenis mata pencaharian yang terdapat di Kampung Sindangwangi.

D.       Metode Penulisan Makalah
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan studi literatur yang terkait dengan tema dan penelitian langsung ke objek penelitian yaitu di Kampung Sindangwangi Desa Mekarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung.
Setelah mendapatkan materi dari sumber literatur dan observasi, kemudian disusun laporan penelitian dalam bentuk makalah.

E.       Sistematika Penulisan
Rancangan sistematika makalah ini terdiri atas beberapa bab yang akan dirinci sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan         : Bagian ini menguraikan masalah yang akan dibahas, meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan penulisan, Metode Penulisan Makalah, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Pembahasan         : Bagian ini berisi mengenai Pengertian Desa dan Masyarakat dan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat.
Bab III Penutup              : Bagian ini merupakan kesimpulan.
Daftar Pustaka                :Bagian ini memuat sumber referensi dalam pembuatan makalah ini, dari buku dan website.
Lampiran                         : Bagian ini memuat dokumentasi dari penelitian yang dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Desa dan Masyarakat
Desa dan masyarakat sangat berhubungan erat satu sama lain. Tidak akan ada desa apabila tidak ada masyarakat yang mendiaminya. Desa dibangun oleh masyarakat untuk dapat menjalankan kehidupan. Desa juga merupakan tempat berlindung bagi masyarakat. Desa adalah wadah bagi suatu masyarakat.
1.    Pengertian Desa
Menurut UU no. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah pasal 1, yang dimaksud dengan Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan, jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Drs. Moch.Eryk Kamsori : Study Masyarakat Pedesaan di Indonesia).
C.S. Kansil mengemukakan bahwa desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI”.
Dapat disimpulkan, bahwa desa adalah tempat/wadah hidup bagi masyarakat yang diatur dan dikelola oleh masyarakat itu sendiri berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan diawasi oleh pemerintahan yang berkuasa.

2.    Pengertian Masyarakat
Dalam bahasa Inggris, masyarakat  disebut  dengan Society, berasal dari kata Socius yang berarti “kawan”. Selain itu, Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya “bergaul”. Dari segi etimologis tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah suatu bentuk perkawanan atau pergaulan antar individu manusia.
Hasan Sadilly dalam (Mutakim, Awan, dkk, 2004: 25) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990) bahwa pengertian masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat- istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Pengertian masyarakat menurut beberapa ahli, diantaranya :
1.    Selo Sumardjan. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2.    Karl Marx. Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3.    Emile Durkheim. Masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4.    Paul B. Horton & C. Hunt. Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/kumpulan manusia tersebut.
Unsur masyarakat menurut Soerjono Soekanto yaitu:
1.    Berangotakan minimal dua orang.
2.    Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3.    Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
4.    Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

3.    Karakteristik Masyarakat
Masyarakat desa memiliki ciri-ciri tersendiri dalam hidup bermasyarakat sehingga dapat dibedakan dari masyarakat kota.  Ciri utama dari masyarakat desa adalah ikatan kekerabatannya yang kuat sehingga merupakan suatu kesatuan. Berbeda dengan masyarakat kota yang cenderung hidup individual tanpa ikatan kekerabatan yang kuat dalam suatu wilayah hidup. Selain itu, kehidupan masyarakat desa juga banyak terikat dengan hal-hal yang bersifat religius. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku” dan perlahan terkikis. Berikut ini merupakan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum dan selama ini masih sering ditemui. Karakteristik masyarakat desa, diantaranya :
1.      Sederhana
2.      Mudah curiga
3.      Menjunjung tinggi kesopanan
4.      Guyub/kekeluargaan
5.       Tertutup
6.      Menghargai
7.       Suka gotong-royong
8.      Demokratis
9.          Religius

Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut :
a.  Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan  tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain  dan menolongnya tanpa pamrih.
b.    Orientasi kolektif  sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c.    Partikularisme  pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d.   Askripsi  yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e.    Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu.
Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa banyak  terpengaruh pengaruh budaya luar.

B.        Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Kampung Sindangwangi
Kampung Sindangwangi terletak di desa Mekarwangi, kecamatan Lembang, kabupaten Bandung Barat. Letaknya berada di dataran tinggi antara 1.312 hingga 2.080 meter diatas permukaan laut. Letak kampung Sindangwangi tepat berada di atas bukit, yang disekitarnya dikelilingi oleh pohon-pohon besar serta perkebunan sayuran. Seperti masyarakat pedesaan pada umumnya, masyarakat kampung Sindangwangi juga hidup dengan ikatan kekerabatan yang kuat antar individu-individu yang tinggal disana. Faktor kepribumian serta jarangnya masyarakat kampung Sindangsari yang keluar dari desa (merantau) merupakan faktor pengikat antar individu yang diturunkan secara turun-temurun.
Jarangnya masyarakat kampung Sindangsari yang keluar dari desa berdampak pada kehidupan menetap dalam desa. Keengganan untuk keluar dari desa mencari penghidupan lebih baik berdampak pada pemilihan mata pencaharian yang ada di desa itu yaitu pertanian. Tidak ada mata pencaharian lain yang dikembangkan selain dari pertanian. Meskipun ada, namun hanya sebagai pekerjaan sampingan ataupun hanya sebagai usaha sementara jika panen sedang terhambat. 
Ternak merupakan salah satu usaha sampingan masyarakat kampung Sindangwangi. Hewan yang diternakkan diantaranya sapi dan kambing, karena harga jualnya yang cukup tinggi di pasaran ternak. Peternakan sempat dikembangkan di desa Sindangwangi dan keuntungan yang didapat pun cukup menjanjikan. Hal ini berubah setelah di sebelah kampung Sindangwangi tepatnya di kampung Cibodas didirikan suatu peternakan massal. Peternakan massal yang dimiliki oleh suatu partai politik merupakan saingan berat dalam pemasaran ternak. Pasar ternak sudah mempunyai stok ternak dari peternakan massal serta dengan harga borongan yang lebih rendah dari harga ternak sebelumnya. Hal ini sangat menghambat usaha ternak masyarakat kampung Sindangwangi karena ternak yang mereka miliki sulit untuk memasuki pasaran, serta jikapun masuk pasaran harganya sangat rendah.
Pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat kampung Sindangsari. Masyarakat yang menetap dan tidak ada kemauan untuk keluar dari desa merupakan faktor yang menyebabkan hal tersebut. Meskipun ada diantara masyarakat yang mempunyai keahlian khusus seperti kemampuan dalam teknik bangunan, hal tersebut tidak menjadi faktor utama untuk memilih mata pencaharian utama sebagai tukang bangunan. Hal ini karena usaha bangunan tidak permanen, profesi tukang bangunan tergantung masyarakat yang akan membangun rumah.

1.    Pertanian Sebagai Mata Pencaharian Utama
Kegiatan perekonomian masyarakat desa sangat berkaitan erat dengan profesi yang mereka tekuni, seperti halnya dalam masyarakat Kampung Sindangwangi. Seperti yang sudah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya, mayoritas masyarakat kampung Sindangwangi bermata pencaharian sebagai petani. Wilayahnya yang terletak di atas bukit dan dengan suhu yang mendukung membuat usaha pertanian cocok dikembangkan di daerah ini. Komoditas utama yang banyak dikembangkan di daerah ini adalah tomat dan cabai. Selain harganya yang relatif tinggi di pasaran, juga komoditas ini sudah mempunyai pasaran tersendiri dalam penjualannya.

Dalam penanaman tomat, curah hujan yang sesuai adalah 750 mm - 1.250 mm/tahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat persarian. Keadaan ini sangat menguntungkan wilayah Lembang yang memiliki curah hujan yang sesuai serta keadaan air yang tidak terlalu banyak karena berada di dataran tinggi. Suhunya pun sesuai dengan penanaman tomat yang optimal untuk pertumbuhan adalah suhu siang hari 18-290C dan pada malam hari 10-200C.
Begitu pula dengan tanaman cabai sebagai salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi, karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani bila harga di pasaran sedang membumbung tinggi. Curah hujan yang dibutuhkan saat penanaman cabai ini ialah 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata. Suhu udara 16° - 32 ° C, serta saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar matahari cukup (10 - 12 jam). Hal ini juga yang menjadi alasan petani Sindangsari untuk membudidayakan tomat dan cabai sebagai komuditas utamanya. Tomat dan cabai cocok ditanam di daerah ini sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat kampung Sindangsari.

a.    Lahan
Usaha pertanian sangat tergantung dengan lahan serta suhu (diantaranya curah hujan) suatu wilayah. Desa Sindangwangi memiliki tanah yang subur serta suhu yang mendukung bagi usaha pertanian. Curah hujan yang cukup ditunjang dengan drainase lahan yang sesuai untuk usaha pertanian.
Secara fisik dapat dilihat bahwa desa Sindangwangi merupakan desa yang dikelilingi oleh perkebunan sayur serta villa-villa elit milik orang kota. Harga lahan yang cukup tinggi menggiurkan para petani pemilik lahan untuk menjual lahannya. Pembeli lahan tersebut umumnya berasal dari luar desa Sindangwangi dan kebanyakan dari kota.
Kondisi alam yang sejuk serta lokasinya yang berada di atas bukit membuat ketertarikan para pembeli lahan untuk memiliki lahan di wilayah desa Sindangwangi. Tidak semua lahan yang dibeli langsung didirikan bangunan di atasnya. Hal ini dimaksudkan untuk investasi masa depan serta ancang-ancang untuk mewaspadai kehidupan kota yang semakin padat. Lahan-lahan tersebut diberi batas untuk menandai luas lahan. Diantaranya ada yang dibiarkan begitu saja dan ada pula yang dimanfaatkan untuk digarapkan kepada petani setempat. Para pemilik lahan yang baru umumnya memberi kesempatan kepada petani setempat untuk menggarap lahan, baik itu melalui perjanjian bagi untung maupun tanpa perjanjian bagi untung. Selain itu pula, ada lahan yang disewakan kepada petani setempat dengan harga berkisar antara Rp. 5.000 – 10.000/ tumbak selama satu tahun. Namun, ada pula pemilik lahan yang baru tidak memberi kesempatan sama sekali kepada petani untuk menggarap lahan meskipun lahan tersebut tidak didirikan bangunan di atasnya (tidak dimanfaatkan).
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun desa Sindangsari dikelilingi oleh perkebunan sayur, namun kepemilikan atas lahan tidak semuanya milik pribadi. Ada yang sudah menjadi milik masyarakat luar. Meskipun lahan tersebut masih digarap oleh masyarakat setempat, namun keuntungan yang didapat tidak akan sama dengan keuntungan yang didapat atas lahan milik sendiri. Sistem yang dipakai umumnya adalah sistem bagi hasil dimana hasil panen dibagi dengan pemilik lahan setelah melalui perjanjian terlebih dahulu. Selain itu, ada pula pemilik lahan yang tidak sama sekali memberikan kesempatan kepada para petani untuk menggarap lahannya. Hal ini dapat bertambah buruk apabila di atas lahan tersebut dibangun bangunan untuk perumahan ataupun villa sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk mengolah lahan menjadi lahan pertanian. keadaan ini sudah terjadi di beberapa lahan yang sudah dijadikan menjadi villa. Kesempatan kerja mungkin hanya sebagai pembantu ataupun pengurus taman yang gajinya tentu tidak lebih rendah. Penjualan lahan indah di awal namun menyesal di akhir.

b.    Modal
Modal merupakan faktor kedua yang harus dimiliki setelah adanya lahan. Lahan tidak akan dapat diolah apabila tidak ada modal untuk mengolahnya. Modal dalam pertanian diantaranya seperti bibit/benih, pupuk dan obat, peralatan, tenaga, serta materi untuk memenuhi kebutuhan selama menunggu musim panen.
Modal diperoleh dari hasil panen sebelumnya maupun dari pinjaman. Hasil panen serta harga jual di pasaran sangat mempengaruhi modal. Hasil panen yang buruk ataupun rendahnya harga hasil panen di pasaran sangat merugikan bagi petani. Penanaman selanjutnya setelah panen membutuhkan modal yang cukup besar, oleh karena itu hasil panen serta harga pasaran mempengaruhi pendapatan modal secara kontinu. Dari keterangan ibu Ilis yang kami ketahui, modal awal pertanian berkisar sekitar 5 juta – 10 juta. Untuk cabe dan tomat, panen dilakukan sekitar tiga bulan dari saat awal penanaman benih. Hasil yang diperoleh dari hasil panen tidak menentu tergantung dari kualitas hasil panen serta kondisi harga di pasaran. Harga sayuran yang saat ini sedang tinggi adalah harga cabe, kenaikan harga cabe ini disebabkan oleh jarangnya cabe di pasaran. Namun kendalanya adalah gangguan hama yang menyerang tanaman cabe.  Berbeda dengan harga tomat, harga tomat saat ini sangat rendah sehingga petani banyak mengalami kerugian. Apabila hasil panen tidak memberi keuntungan ataupun bahkan tidak dapat menutupi modal awal, petani terpaksa mencari dana pinjaman untuk penanaman selanjutnya. Pinjaman diperoleh dari tengkulak maupun koperasi yang ada di desa tersebut. Tengkulak memberi pinjaman modal berupa uang maupun benih dan  obat/pupuk yang hasil panennya dijual kembali kepadanya dengan biaya tambahan. Umpamanya apabila tengkulak memberi pinjaman modal berupa benih seharga Rp. 50.000, maka pada saat panen dikembalikan oleh petani seharga Rp. 55.000 + hasil panennya pun dijual kembali kepada tengkulak. Prinsip ini merupakan prinsip saling menguntungkan namun seringkali merugikan bagi petani.

c.    Hasil Panen
Hasil panen tergantung pada kondisi iklim serta kesehatan tanaman. Hasil panen yang baik menentukan harga di pasaran. Apabila hasil panen jarang, maka harga di pasaran akan tinggi dan sebaliknya apabila hasil panen melimpah maka harga di pasaran akan rendah. Hasil panen yang baik tergantung pada kondisi iklim serta kesehatan tanaman. Kondisi iklim disini seperti curah hujan yang mempengaruhi ketersediaan air, sedangkan kesehatan tanaman yaitu kesehatan tanaman dari gangguan hama.
Hasil panen dijual kepada tengkulak yang datang kepada petani. Petani tidak perlu membawa hasil panennya ke pasaran, tetapi tengkulak yang datang sendiri untuk membeli hasil panen dari petani. Hal ini sangat menguntungkan petani karena petani tidak perlu lagi mengeluarkan ongkos yang besar untuk mengangkut serta petani tidak perlu lagi mempromosikan hasil panennya ke pasaran. Namun lebih menguntungkan apabila sebagian hasil panen dijual langsung ke pasaran oleh petani. Hal ini terletak pada harga hasil panen itu sendiri di pasaran. Tengkulak adalah perantara sehingga mereka menekan harga serendah mungkin kepada petani yang selanjutnya mereka mengambil keuntungan dari penjualan hasil panen ke konsumen. Berbeda halnya jika petani menjual sebagian hasil panennya langsung ke pasaran, mereka akan mendapatkan harga pasaran langsung tanpa melalui potongan perantara.



d.    Harga dan Pasar
Harga jual hasil panen tergantung kualitas hasil panen dan harga hasil panen itu sendiri di pasaran. Ketiga hal tersebut berkaitan erat satu sama lain sehingga harga pasar tergantung dari hal tersebut. Hasil panen yang banyak di pasaran berdampak pada rendahnya harga sayur di pasaran. Hal sebaliknya juga terjadi apabila  jumlah sayuran jarang di pasaran maka harga akan membumbung tinggi. Banyaknya jumlah hasil panen di pasaran menentukan harga hasil panen itu sendiri.
Dalam pemasarannya, hasil perkebunan ini di kumpulkan dari beberapa daerah di Lembang oleh tengkulak yang kemudian oleh tengkulak ini dijual ke wilayah Jakarta dan Tanggerang karena kebutuhan akan hasil kebun ini sangat di minati di daerah tersebut, selain itu Jakarta juga menjadi pusat perdagangan. Berbeda dengan Bandung, yang secara geografis lebih dekat dengan Lembang namun Bandung telah memiliki pemasok tersendiri.
 
2.     Perkembangan Pertanian
Hasil kebun yang cukup menguntungkan petani tidak lepas dari pengaruh keadaan pasar saat itu. Harga pasar dapat berubah suatu waktu dan tidak bisa dipastikan secara pasti. Saat ini, petani sedang dikhawatirkan dengan jarangnya datang hujan. Hal ini sangat menghawatirkan petaani karena sulitnya sumber air lain untuk mengairi pertanian. daerah tersebut tidak memiliki sungai sebagai sumber air.
Hal lain yang menjadi belenggu pertanian sekarang ini adalah rendahnya harga tomat di pasaran. Harga tomat sekarang hanya dihargai sekitar Rp. 500/kg oleh tengkulak. Hal ini sangat merugikan petani oleh karena akan berdampak pada pendapatan modal untuk penanaman selanjutnya.
Di tengah belenggu rendahnya harga jual tomat, petani mencoba melakukan inovasi dengan menanam tanaman lain yang lebih tinggi harganya dan relatif stabil di pasaran. Tanaman yang dikembangkan ini adalah tanaman Asparagus. Tanaman yang masih jarnag di pasaran ini dihargai oleh tengkula seharga Rp. 30.000 – 45.000/ kg.

3.    Mata Pencaharian Lain Selain Pertanian
Pertanian merupakan mayoritas mata pencaharian masyarakat kampung Sindangsari. Pertanian merupakan mata pencaharian yang diturunkan secara turun-temurun dalam masyarakat. Meskipun banyak diantara masyarakat kampung Sindangsari yang mengenyam pendidikan (rata-rata SMP-SMA), mereka tidak memilih altenatif pekerjaan lain selain petani. Sehingga muncul istilah “kaluar sakola pasti weh urang die mah mangkat ka kebon”. Namun meskipun demikian, masih ada mata pencaharian lain yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat. Mata pencaharian itu antara lain seperti ternak dan jenis pekerjaan lainnya seperti buruh.
Ternak sempat populer dalam sistem mata pencaharian yang dianut masyarakat kampung Sindangsari. Ternak yang ada di kampung Sindangsari antara lain seperti sapi dan kuda. Sapi banyak diburu pasaran saat menjelang hari raya Qurban. Namun sekarang, sudah ada saingan dalam penjualan sapi yang mampu menyediakan sapi dalam jumlah besar, menguasai pasaran, serta mempunyai harga jual rendah sehingga usaha ternak sapi di kampung Sindangsari saat ini mulai terhambat meskipun ada dari beberapa masyarakat yang masih beternak sapi.
Bentuk mata pencaharian lainnnya yang ada di kampung Sindangsari antara lain seperti buruh. Buruh yang ada di kampung Sindangsari anatara lain buruh bangunan, buruh villa, dan lain-lain.



BAB III
KESIMPULAN

Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan, jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Drs. Moch.Eryk Kamsori : Study Masyarakat Pedesaan di Indonesia). sedangkan masyarakat adalah merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat- istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Jadi, masyarakat dan desa saling berhubungan satu sama lain. Desa adalah tempat hidup bagi masyarakat untuk menjalankan kemasyarakatannya.
Bentuk kehidupan di desa tidak terlepas dari bentuk kehidupan yang diturunkan secara turun-temurun. Hal ini juga berlaku dalam sistem mata pencaharian masyarakat desa. Umumnya mereka bermata pencaharian sebagai petani.
Kampung Sindangwangi terletak di desa Mekarwangi, kecamatan Lembang, kabupaten Bandung Barat. Kampung ini dapat dimasukan sebagai desa karena karakteristiknya memenuhi syarat sebagai sebuah desa. Letaknya cukup terpencil, dan bentuk kehidupan masyarakat pun masih syarat dengan nuansa tradisional. Pertanian berkembang dan menjadi mayoritas mata pencaharian masyarakat. Pertanian sangat cocok dikembangkan di daerah ini karena memiliki tanah yang subur serta suhu yang sesuai untuk usaha pertanian
Pertanian berkembang di kampung Sindangsari secara turun-temurun sehingga hingga saat ini masih berkembang. Oleh sebab itu pula, pertanian mampu bertahan hingga sekarang karena regenerasi masyarakat yang tetap pada  jalur pertanian.
Perkembangan pertanian sekarang di kampung Sindangwangi dapat dikatakan menurun. Hal ini antara lain seperti banyaknya lahan yang dijual kepada masyarakat luar, banyaknya didirikan villa, gagal panen, harga yang melonjak turun, dan lain-lain.
Selain dari pertanian, minoritas masyarakat juga mengembangkan peterakan. Peternakan sempat maju berkembang di desa Sindangwangi. Namun semenjak berdirinya suatu peternakan massal di kampung tetangga, peternakan kini memiliki saingan yang serius dalam pasar ternak.  Usaha peternakan pun kini menurun dalam perkembangan mata pencaharian di kampung Sindangsari.



























DAFTAR PUSTAKA


Kamsori, M. (2008). Study Masyarakat Pedesaan di Indonesia. Bandung : FPIPS UPI.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Soekanto, S. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Jones, P. (2009). Pengantar Teori-teori Sosial. Jakarta: Obor.



















LAMPIRAN

Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\Foto3594.jpg




















Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\IMG_1667.JPG
Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\IMG_1668.JPG



Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\Foto3595.jpgDescription: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\Foto3602.jpg











































Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\IMG_1704.JPG




















Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\IMG_1707.JPG




















Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\IMG_1695.JPG




















Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\IMG_1690.JPG





















Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\Foto3608.jpg





















Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\IMG_1679.JPG




















Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\IMG_1713.JPG

Description: D:\Foto-Foto\Penelitian Lembang\IMG_1709.JPG