Awal
mula dengar kata perceraian saat saya masih SD antara kelas 4-5 dan saya
mempunyai adik waktu itu masih bayi, saat keluarga ibu dan bapak usahanya
sedang bagus dan lancar.Saat pertengkaran antara ibu bapak waktu itu hanya
masalah kecil tetapi dibesar-besarkan, adik saya selalu bersama saya terus dan
mengurungkan diri di dalam kamar. Setelah menenangkan adik yang sedang
menangis, saya nina bobo kan supaya tertidur. Tidak beberapa jam hanya cuman
menit terdengar suara pecahan piring gelas atau benda-benda yang lainnya yang
sengaja di jatuhkan oleh Bapak. Yang masih saya ingat kenangan yang harus ku
telan pahit-pahit waktu itu ketika ibu sedang tidur di rumah adik ibu di
belakang, saat bapak memanggil suruh ibu pulang kerumah tetapi ibu tidak mau
lalu kemudian ibu diseret-seret sama bapak. Kejadian yang buruk ini sampai saat
ini juga masih teringat kronologisnya, apapun kenangan indah maupun pahit
tetapi anak selalu mengingat kejadian pahitnya daripada indahnya.Itulah memory
saya selama masih kecil, pahit memang dan tidak seperti anak-anak yang lainnya
bahagia selalu bersama orang tuanya waktu itu.Kaka saya tidak peduli terhadap
adiknya sendiri, semuanya seakan hidup sendiri-sendiri.Setelah ibu pulang ke
rumah, ke esokkan harinya pagi-pagi sekali, orang-orang masih pada tidur
tiba-tiba ibu pergi dari rumah.Bapak menunggu beberapa menit, jam dan detik
tetapi belum juga kembali.Lalu saya dan bapak mencari ibu kerumah teman-temannya
tetapi tidak ada, mungkin ibu mengumpat.Saya hanya bisa mengingat sedikit,
sisanya entah kemana saya pun lupa.Saat itu ibu pernah bilang kepada bapak saat
pertengakaran masih berlangsung, kita CERAI saja. Mendengar kata cerai
tersebut, mata saya meneteskan air mata, seandainya orang tua saya bercerai
saya akan hidup bersama siapa ??saya tidak mau hidup bersama ibu tiri atau
bapak tiri. Seketika pikiran saya dalam hati berkata, ingin rasanya berlari
jauh-jauh meninggalkan rumah kalau keadaannya seperti ini tiap harinya.Saya
MUAK saya benci keadaan keluarga seperti ini yang tak pernah rukun dan damai.Saya
melihat teman-teman saya, saya begitu iri melihat keluarga teman saya yang
damai dan tentram.Tetapi keadaan sekarang sudah berbeda, keluarga ku sudah
mulai normal dan pulih kembali, saling membantu dan mensupport masing-masing
mungkin karena anaknya yang sudah dewasa-dewasa. So, jangan pernah menyakiti
hati seorang ayah dan ibu apalagi sampai menangis/meneteskan air mata. Kemudian
jangan berbohong pada orang tua, doa paling mujarab adalah doa orang tua untuk
anaknya menjadi sukses. Dengan segala usaha dan kemampuan mereka akan selalu
menjaga dan membimbing sampai menemani anaknya kelak nanti. Dan sampai sekarang
saya tidak suka cowok yang main fisik, puber kedua, dan kata cerai.Mungkin ada
beberapa anak yang orang tuanya sudah bercerai, melihat dari kondisi tersebut
mungkin akan mempengaruhi psikologi anak itu seperti mengikuti hal-hal obat
terlarang baik pengedar maupun pemakai, mabuk, judi, selingkuh, dan mungkin
juga trauma. Orang tua juga harusnya memperhatikan kondisi psikologi anaknya
biar tidak terjadi kenakalan remaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar