Minggu, 17 Agustus 2014

Ingatan

Awal mula dengar kata perceraian saat saya masih SD antara kelas 4-5 dan saya mempunyai adik waktu itu masih bayi, saat keluarga ibu dan bapak usahanya sedang bagus dan lancar.Saat pertengkaran antara ibu bapak waktu itu hanya masalah kecil tetapi dibesar-besarkan, adik saya selalu bersama saya terus dan mengurungkan diri di dalam kamar. Setelah menenangkan adik yang sedang menangis, saya nina bobo kan supaya tertidur. Tidak beberapa jam hanya cuman menit terdengar suara pecahan piring gelas atau benda-benda yang lainnya yang sengaja di jatuhkan oleh Bapak. Yang masih saya ingat kenangan yang harus ku telan pahit-pahit waktu itu ketika ibu sedang tidur di rumah adik ibu di belakang, saat bapak memanggil suruh ibu pulang kerumah tetapi ibu tidak mau lalu kemudian ibu diseret-seret sama bapak. Kejadian yang buruk ini sampai saat ini juga masih teringat kronologisnya, apapun kenangan indah maupun pahit tetapi anak selalu mengingat kejadian pahitnya daripada indahnya.Itulah memory saya selama masih kecil, pahit memang dan tidak seperti anak-anak yang lainnya bahagia selalu bersama orang tuanya waktu itu.Kaka saya tidak peduli terhadap adiknya sendiri, semuanya seakan hidup sendiri-sendiri.Setelah ibu pulang ke rumah, ke esokkan harinya pagi-pagi sekali, orang-orang masih pada tidur tiba-tiba ibu pergi dari rumah.Bapak menunggu beberapa menit, jam dan detik tetapi belum juga kembali.Lalu saya dan bapak mencari ibu kerumah teman-temannya tetapi tidak ada, mungkin ibu mengumpat.Saya hanya bisa mengingat sedikit, sisanya entah kemana saya pun lupa.Saat itu ibu pernah bilang kepada bapak saat pertengakaran masih berlangsung, kita CERAI saja. Mendengar kata cerai tersebut, mata saya meneteskan air mata, seandainya orang tua saya bercerai saya akan hidup bersama siapa ??saya tidak mau hidup bersama ibu tiri atau bapak tiri. Seketika pikiran saya dalam hati berkata, ingin rasanya berlari jauh-jauh meninggalkan rumah kalau keadaannya seperti ini tiap harinya.Saya MUAK saya benci keadaan keluarga seperti ini yang tak pernah rukun dan damai.Saya melihat teman-teman saya, saya begitu iri melihat keluarga teman saya yang damai dan tentram.Tetapi keadaan sekarang sudah berbeda, keluarga ku sudah mulai normal dan pulih kembali, saling membantu dan mensupport masing-masing mungkin karena anaknya yang sudah dewasa-dewasa. So, jangan pernah menyakiti hati seorang ayah dan ibu apalagi sampai menangis/meneteskan air mata. Kemudian jangan berbohong pada orang tua, doa paling mujarab adalah doa orang tua untuk anaknya menjadi sukses. Dengan segala usaha dan kemampuan mereka akan selalu menjaga dan membimbing sampai menemani anaknya kelak nanti. Dan sampai sekarang saya tidak suka cowok yang main fisik, puber kedua, dan kata cerai.Mungkin ada beberapa anak yang orang tuanya sudah bercerai, melihat dari kondisi tersebut mungkin akan mempengaruhi psikologi anak itu seperti mengikuti hal-hal obat terlarang baik pengedar maupun pemakai, mabuk, judi, selingkuh, dan mungkin juga trauma. Orang tua juga harusnya memperhatikan kondisi psikologi anaknya biar tidak terjadi kenakalan remaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar