BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Masalah
Banyak
ilmu yang mempelajari masyarakat, seperti hukum, ekonomi, politik, antropologi,
sosiologi, georafi, dan sejarah. Masing-masing mempunyai lahan sendiri-sendiri.
Dalam hal ini sosiologi membedakan dengan ilmu-ilmu sosial lain karena
memusatkan perhatianya pada struktur dan proses sosial yang terjadi dalam
masyarakat, yang meliputi distribusi peran yang dimainkan komponen-komponen
itu, dan interaksi serta perubahan-perubahan yang dialami.
Di
dalam menelaah dunia dan sistem pendidikan dengan sosiologi menurut Faisal
(1987: 44) mau tidak mau harus memperhatikan dan beranjak dari sejumlah
konsep-konsep umum, misalnya konsep tentang masyarakat, kebudayaan, perubahan
sosial, lingkungan sosial, dan sebagainya. Interprestasi sosiologis dalam
pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses-proses sosial dan pola-pola
sosial yang berlangsung dalam sistem pendidikan.
Asumsinya
adalah, pendidikan merupakan suatu kombinasi tindakan-tindakan sosial, dan
sosiologi melakukan analisis terhadap interaksi manusia. Analisis terhadap
manusia dalam pendidikan, bisa mencakup keduanya, baik yang terjadi dalam
pendidikan formal, maupun yang berlangsung dalam berbagai proses komunikasi
informal yang memberikan fungsi pendidikan. Juga diasumsikan, bahwa
analisis-analisis dimaksud, akan menuntun kepada pengembangan generalisasi
ilmiah mengenai hubungan-hubungan antara manusia didalam sistem pendidikan.
(Didin Saripudin, 2010: 1-4)
Selama
hidupnya, manusia senantiasa mempelajari dan melakukan perubahan-perubahan
terhadap kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Hal ini
adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaan diciptakan dan diajarkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan manusia itu
sendiri, baik secara perorangan maupun berkelompok. Dari kenyataan ini, tidak
ada satupun kebudayaan dan perwujudan kebudayaan yang bersifat statis (tidak
mengalami perubahan).
Kebudayaan
merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar, serta keseluruhan hasil budi dan karya tersebut.
Kebudayaan memiliki tiga wujud
yaitu :
1. Ide-ide, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang abstrak.
2. Kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat (sistem sosial).
3. Benda-benda hasil karya manusia
yang berupa fisik.
Hubungan
perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan yang menyangkut perubahan
masyarakat dan kebudayaannya, seringkali kesulitan memisahkan antara perubahan
sosial dengan perubahan budaya. Sebab tidak ada sama. Dari bentuk perubahan
dibedakan dari segi perubahan sosial lambat dan masyarakat yang tidak mempunyai
kebudayaan dan sebaliknya. Perubahan sosial dan budaya mempunyai satu aspek
yang cepat, perubahan sosial kecil dan perubahan sosial direncanakan dan tidak
direncanakan.
William
F. Ogburn dalam Moore (2002), berusaha memberikan suatu pengertiantentang perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur
kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya adalah pada
pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
Perubahan
sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan
mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan
kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan
(Soekanto, 1990).
Hal ini
tentunya menarik untuk dipertanyakan, apakah memang pendidikan sangatlah berperan
untuk sebuah perubahan sosial maupun budaya di masyarakat tertentu? Kita
melihat bahwa Tidak sedikit masyarakat atau golongan tertentu yang tidak bisa
duduk dibangku sekolah, karena suatu perbedaan atau kemiskinan, jika benar
melalui pendidikanlah mereka yang dari golongan bawah bisa menaikan
stratifikasi sosialnya, bisa lebih melestarikan atau menjaga kebudayaan mereka
melalui pendidikan. Bagaimana bisa, jika mereka tidak berpendidikan? Masyarakat
dari golongan bawah butuh bantuan dari pemerintah untuk masalah pendidikan.
kami akan memfokuskan pokok permasalahannya kedalam seberapa pentingkah
pendidikan untuk perubahan sosial masyarakat, seberapa berpengaruhkah
pendidikan pada perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi?
2. Rumusan
Masalah
Adapun
permasalahan utama yang akan di kaji adalah “ apa peran pendidikan dalam
perubahan sosial dan budaya”? untuk memfokuskan kajian penulisan ini, maka
rumusan masalah tersebut disusun kedalam pertanyaan-pernyataan sebagai batasan
masalah, yaitu:
1. Pengertian
pendidikan dan perubahan sosial?
2. Hubungan
pendidikan dengan perubahan sosial?
3. Hubungan
pendidikan dengan perubahan budaya?
4. Studi
kasus tentang pendidikan dan perubahan sosial budaya!
3. Tujuan
dan Manfaat
Sebagaimana dijelaskan
dalam perumusan masalah, maka penulisan ini bertujuan memperoleh keterangan dan
pemahaman tentang pengertian dan hubungan pendidikan dengan perubahan sosial
dan budaya. Adapun penjabaran dari tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
pengertian pendidikan dan perubahan sosial di masyarakat tertentu.
2. Menjelaskan
keterhubungan antara pendidikan dengan perubahan sosial tertentu.
3. Menjelaskan
hubungan pendidikan dengan perubahan budaya.
4. Mengetahui
kasus yang terjadi yang berkaitan dengan pendidikan dan perubahan
sosial budaya.
BAB II
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
- Pengertian
Pendidikan Dan Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Definisi dan pengertian tentang
perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
- Kingsley Davis: perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat
- William F. Ogburn: perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup
unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan
adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap
unsur-unsur immaterial.
- Mac Iver:
perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan
(equilibrium) hubungan sosial.
4. Gillin
dan Gillin:
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara
hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan
material,
komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat.
Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
- Setiap
masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami
perubahan baik lambat maupun cepat.
- Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan
diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
- Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan
terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses
penyesuaian diri.
- Perubahan
tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual
karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat
Menurut
Jefta Leibo, proses perubahan memiliki 3 tahap, yaitu :
1. Invention
2. Diffusion
3. Consequence
Dalam
tahapan-tahapan diatas sudah tentu menyangkut tanggapan-tanggapan dari individu
yang terlibat dalam perubahan itu sendiri.menurut schoorl yang dikutip Leibo,
ada empat orang atau kelmpok yang terbuka untuk suatu perubahan yaitu :
1. Mereka
yang tidak menyetujui keadaan
2. Mereka
yang acuh tak acuh
3. Mereka
yang tidak puas
4. Mereka
yang mengandung rasa dendam
Ada tiga
kategori perubahan social (rogers 1969,5-7) yaitu :
1. Immanent
change
2. Selective
contact change
3. Directed
contact change
1.
Faktor-faktor
penyebab terjadinya perubahan social dan kebudayaan :
a. Faktor
internal:
1) Bertambah atau berkurangnya
penduduk.
2) Penemuan-penemuan baru.
3) Pertentangan-pertentangan
dalam masyarakat.
4) Perubahan
ideology dalam masyarakat.
5)
Terjadinya pemberontakan atau revolusi
di dalam tubuh masyarakat itu sendiri.
b. Faktor
eksternal :
1)
Sebab-sebab yangberasal dari lingkungan
fisik yang ada di sekitar manusia.
2) Peperangan
dengan Negara lain.
3) Pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
4)
2.
Faktor
pendorong dan penghambat perubahan sosial
- Ada dua tipe
difusi yaitu :
1) Difusi
intra masyarakat
2) Difusi
antara masyarakat
- Faktor penghambat
perubahan sosial:
1) Kurangnya
hubungan dengan masyarakat lain
2) Perkembangan
IPTEK yang lambat
3) Sikap
masyarakat tradisional
4) Adanya
kepentinagan-kepentingan yang tertanam dengan hemat sekali
5) Rasa
takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
6) Prasangka
terhadap hal-hal yang baru atau asing atau sikap tertutup
7) Hambatan-hambatan
yang bersifat ideologis
8) Adat
atau kebiasaan
9) Nilai
bahwa hidp ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki
3.
Bentuk-bentuk
perubahan sosial
a.
Perubahan
Evolusi dan Perubahan Revolusi
Berdasarkan cepat
lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk umum yaitu perubahan
yang berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung lambat. Kedua bentuk
perubahan tersebut dalam sosiologi dikenal dengan revolusi
dan evolusi.
b. Perubahan evolusi
Perubahan evolusi
adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu
yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi
perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial
terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat
pada waktu tertentu Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu
menuju ke masyarakat meramu.
Menurut
Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:
1.
Unilinier Theories of Evolution:
menyatakan bahwa manusia
dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari
yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
- Universal
Theory of Evolution: menyatakan bahwa
perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang
tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi
yang tertentu.
- Multilined
Theories of Evolution: menekankan pada penelitian
terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya,
penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu
ke pertanian.
c. Perubahan revolusi
Perubahan revolusi
merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau
perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai
perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan
atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam
revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan,
dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik
dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat
terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat.
Secara sosiologi,
suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara
lain adalah:
- Ada beberapa keinginan umum
mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak
puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai
perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
- Adanya
seorang pemimpin
atau sekelompok
orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
- Pemimpin
tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian
merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk
dijadikan program
dan arah bagi geraknya masyarakat.
- Pemimpin
tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya
adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh
masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak.
Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
- Harus ada
momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan
faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila
momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi
dapat gagal.
4.
Perubahan
direncanakan dan tidak direncanakan
a. Perubahan yang direncanakan
Perubahan yang
direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu
perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin
satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan Oleh karena itu, suatu perubahan yang
direncanakan selalu di bawah pengendalian dan (pengawasan
agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan
dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian) anak-anak akibat polio, pemerintah
mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)atau untuk mengurangi
pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program
keluarga
berencana (KB).
b. Perubahan yang tidak direncanakan dan contoh
Perubahan
yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat.
Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa
masalah-masalah
yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam
masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit
ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang
di Sinjai,
Kalimantan
Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang
memerhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan
permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.
5.
Perubahan
berpengaruh besar dan berpengaruh kecil
Apa yang dimaksud dengan perubahan-perubahan
tersebut?berikut penjelasannya dibawah ini.
a. Perubahan
berpengaruh besar
Suatu perubahan dikatakan
berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya per- ubahan
pada struktur
kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat.
Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris
menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi
pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk
di wilayah
industri
dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.
b. Perubahan berpengaruh kecil
Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan-
perubahan
yang terjadi pada struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.
Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut.
Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga
kemasyarakatan homolis.
6. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
a.
Fungsi
pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan
fungsi yang nyata (manifes) berikut:
1) Mempersiapkan anggota masyarakat
untuk mencari nafkah.
2) Mengembangkan bakat perseorangan
demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
3) Melestarikan kebudayaan.
4) Menanamkan keterampilan yang perlu
bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
1) Mengurangi pengendalian orang tua.
Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam
mendidik anak kepada sekolah.
2) Menyediakan sarana untuk
pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di
masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah
dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
3) Mempertahankan sistem kelas sosial.
Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya
untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam
masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status
sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
4) Memperpanjang masa remaja.
Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa
masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
1) Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
2) Memilih dan mengajarkan peranan
sosial.
3) Menjamin integrasi sosial.
4) Sekolah mengajarkan corak
kepribadian.
5) Sumber inovasi sosial.
- Pendidikan dan Perubahan Sosial
Dewasa
ini pendidikan sudah merupakan kebutuhan hidup setiap orang, bahkan bisa
dikatakan sudah menjadi kebutuhan dasar manusia untuk menjalankan hidupnya.
Maka tak heran jika kini pendidikan bisa diktakan sebagai saluran yang baik
untuk melakukan mobilitas vertikal, karena posisi pendidikan yang dirasa sangat
penting. Pendidikan dan perubahan sosial merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lainnya, karena hubungannya yang erat dan sangat
berkaitan. Pendidikan member dampak pada perubahan sosial, begitu juga
perubahan sosial memberikan dampak bagi terciptanya pembangunan pendidikan.
Pendidikan
adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap peserta
didiknya, sehingga bisa dikatakan bahwa melalui pendidikan lah seseorang bisa
memperlihatkan dan mengembangkan kemampuannya. Pendidikan ini sangat
berhubungan sekali dengan SDM, pendidikan yang baik tentu akan menghasilkan SDM
yang handal. SDM yang baik dan handal lah yang mampu membanntu bangsa dalam
menyelesaikan segala permasalahan dalam segala kehidupannya.
Pendidikan
yang kemudian akan membentuk suatu individu dengan segala pengetahuan,
kemampuan da juga keterampilannya yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat. Pendidikan dikatakan sebagai salah satu alat
perubahan sosial karena melalui pendidikan, seorang individu bisa terbentuk
menjadi individu yang berpotensi dan peka terhadap lingkungan sekitar, sehingga
dengan begitu bisa merubah keadaan sosialnya. Yang dinamakan perubahan sosial
adalah perubahan dari segi struktur, sistem juga pola sosial, pendidikan lah
salah satunya yang bisa membantu adanya perubahan sosial sehingga pendidikan
bisa dikatakan sebagai agen of change.
Pendidikan
juga bisa membentuk pribadi seseorang, sehingga diaharpkan dia mampu menjalani
kehidupan sosialnyab dan pendidikan sebai salah satu alat pendampingnya.
Seseorang yang berpendidikan dengan seseorang yang tidak mengenyam pendidikan
tentulah akan mengalami banyak perbedaan dalam kehidupannya, seorang yang
berpendidikan tentu akan dianggap lebih tinggi strata sosialnya jika
dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan, Seorang yang berpendidikan
akan mudah peka atau mampu menyerap segala apapun yang terjadi disekelilingnya
sehingga dia cenderung lebih mengetahui cara untuk melakukan perubahan jika ada
hal-hal yang tidak sesuai dalam kehidupannya.
Dengan adanya pendidikan ini seseorang akan
mudah untuk mengenali kondisi sekitarnya sehingga jika terjadi perubahan dia
akan mampu untuk bersosialisai dan ikut beradaptasi terhadap perubahan
tersebut. Dan dengan semakin pesat dan berkembangnya dunia pendidikan pun bisa
membawa perubahan yang berdampak sangat pesat, terutama dengan adanya penemuan
teknologi yang diketemukan oleh para ahli. Pendidikan bisa menjadi salah satu
peranan yang sangat penting dalam mengenalkan dan mengembangkan teknologi yang
sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, dan masyarakat pun cenderung
mengalami perubahan jika mereka lebih mengerti dan mengembangkan teknologi.
Pendidikan
disini berfungsi sebagai lembaga yang mulai mengenalkan hal-hal yang baru, dan
mengembangkan hal-hal yang baru sehingga peserta didik dan masyarakat pun mulai
mengenal dan mengembangkan sesutau atau hal yang baru ini dari pendidikan
ataupun bangku sekolah. Selain itu, pendidikan pun bisa membentuk suatu sikap
dan mental dari seorang individu, sehingga membentuk suatu pribadi yang siap
terhadap adanya perubahan.
Yang
harus juga kita ingat bahwa pendidikan merupakan saluran mobilitas yang baik,
dengan adanya seperti ini maka banya orang yang bersekolah atau berpendidikan
tinggi demi menaikkan status sosialnya. Dan bukan sesuatu yang tidak mungkin
ketika dia melakukan mobilitas status sosialnya maka peranan yang harus
dijalankannya pun akan semakin kompleks. Status dan peranan juga lah yang bisa
membawa individu pada adanya perubahan sosial, ketika seseorang memiliki status
baru yang lebih baik maka secara tidak disadari dia pun akan mulai merubah yang
ada disekelilingnya. Contohnya saja seoarang anak petani yang menyelesaikan
pendidikan tinggi, bukan hal yang tidak mungkin dia tidak akan meneruskan
pekerjaan orang tuanya sebagai petani tetapi dia akan lebih memilih pekerjaan
yang sesuai dengan pendidikan yang telah dia selesaikan, bahkan ketika dia
memiliki pekerjaan yang bagus dengan prestise yang tinggi, hal yang sangat
wajar dan secara tidak langsung pun perubahan pun akan mulai terjadi falam
kehidupannya. Dari kehidupan yang sederhana bisa saja dia jadi bergaya hidup
mewah, begitupun kehidupan osialnya pasti akan berubah disesuaikan dengan
status dan peranan yang dia jalani saat ini.
Bukan
hanya pendidikan yang bisa menjadikan perubahan sosial tetapi ternyata
perubahan sosial juga bisa membangun pendidikan menjadi lebih baik. Dengan
adanya tuntutan zaman yang semakin modern, tentunya tuntutan masyrakat pun
semakin banyak terutama dalam hal pendidikan. Masyarakat modern tentunya
membutuhkan pendidikan yang bagus yang mampu mendidik individu dengan baik
sehingga dengan mengikuti pendidikan dapat mencetak individu yang handal yang
mampu bersaing di dunia sosial dan juga dalam dunia kerja.
Dengan
tututan yang seperti itu, maka sudah seharusnya pendidikan pun dibangun menjadi
lebih baik, ditata dengan sistem yang lebih terstruktur bukan pendidikan yang
hanya asal-asalan mendirikan sekolah tetapi pendidikan yang mampu mencetak
generasi penerus yang memiliki keterampilan bukan hanya keterampilan dalam
mengalkan ilmu sala tetapi juga keterampilan dalam dunia sosialnya. Ketika
tuntutan masyarakat dan tuntutan dunia semakin banyak, sistem pendidikan pun
tidak boleh jalan di tempat tentunya harus mengalami perkembangan yang
signifikan yang bisa menunjang kehidupan masyarakatnya dalam menghadapi kehidupan
nyata yang semakin kompleks dan canggih.
Pendidikan
sudah seharusnya melakukan inovasi dalam segala aspeknya baik dalam sistem
ataupun strukturnya, sekolah sebagai salah satu komponen yang memiliki peranan
yang sangat besar tentunya harus melakukan inovasi-inovasi baik itu dari segi
kegiatan belajar, guru guru, media pembelajaran ataupun hal-hal lain yang
menunjang pengembangan potensi dan bakat siswa yang nantinya juga akan
digunakan untuk memenuhi tunttuan masyarakat. Semakin tinggi tuntutan masyarakat
dan dunia, maka akan semakin banyak pembangunan yang dilakukan oleh pendidikan
karena itulah hal yang semestinya dilakukan.
Pendidikan harus mampu menjawab segala
keresahan masyarakat akan perkembangan dunia, juga harus menjadi solusi
terbaik. Diharapkan dengan adanya perubahan sosial yang semakin hari semakin
sering terjadi, maka pendidikan pun semakin hari semakin melakukan
pembangunananya dalam berbagai aspek sehingga bisa memenuhi segala kebutuhan
masyarakat untuk mengahadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Masyarakat
yang hadir pada masa kini adalah masyarakat yang modern, yang menurut Alex Inkeles, bahwa manusia modern itu adalah
manusia yang lebih mudah menerima perubahan, dengan berarti masyarakat yang
hadir pada masa modern adalah masyarakat yang sudah siap dan sadar dengan
adanya berbagai perubahan sosial yang ada di sekelilingnya. Maka pendidikan pun
tidak boleh ketinggalan, pendidikan pun harus mampu mengikuti zaman dan
mengikuti kemampuan dan keahlian yang memang dibutuhkan oleh zaman, baik itu
masa kini maupun masa yang akan datang.
Bisa
dibayangkan jika pendidikan tidak pernah mengalami kemajuan dan pembangunan
sudah tentu gal itu akan ditinggalkan masyarakat. Pendidikan yang diharapkan
dan dibutuhkan oleh masyarakat modern adalah pendidikan yang bermutu dan dapat
mencetak generasi yang handal. Generasi yang mampu membawa negara kita ke arah
perubahan yang lebih baik, generasi yang sesuai dengan tuntutan dunia dan juga
zaman.
Pendidikan dan
perubahan sosial adalah hal yang susah untuk dipisahkan karena keduanya
memiliki hubungan timbal balik yang sangat kuat. Pendidikan bisa membawa pada
perubahan sosial begitupun juga perubahan sosial lah yang membangun pendidikan
ke arah yang lebih baik.
C.
Keterhubungan
Antara Pendidikan Dengan Perubahan Budaya
1. Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat kata kebudayaan
berasal dari kata Sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal” sedangkan kata budaya merupakan “daya dari budi”
yang berupa cipta, karsa dan rasa. Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan
itu ditiadakan (entah kenapa alasannya). Kata budaya disini hanya dipakai
sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama. Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html).
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan
dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat. Jadi dengan demikian
menurut Koentjaraningrat kebudayaan
merupakan keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi
karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda
sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Contohnya:
Masuknya
mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian
tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller”
di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi
kehilangan pekerjaan.
Semua
terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak
berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat.
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga
aturan-aturan organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan
terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada
faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
1
Mendorong
perubahan kebudayaan
2.
Adanya
unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama
unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan
material).
3.
Adanya
individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan,
terutama generasi muda.
4.
Adanya
faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.
Sedangkan
faktor yang menghambat perubahan kebudayaan, yaitu:
1.
Adanya
unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah. seperti :adat istiadat dan keyakinan agama (kebudayaan
non material)
2.
Adanya
individu-individu yang sukar menerima unsure-unsur perubahan terutama generasi
tu yang kolot.
Selain
itu, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan,
yaitu:
a.
Faktor intern
1)
Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya
cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai
sektor kehidupan, contoh: bidang
perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan
pangan, sandang, dan papan.
2)
Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya
perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Contoh: konflik kepentingan antara kaum pendatang
dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah
mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para
transmigran.
3)
Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat
mempngaruhi perubahan. Contoh :
bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan
dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan
kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun
akulturasi.
4)
Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor
misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena
erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat
mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi
dengan lingkungan setempat.
b.
Faktor ekstern
1)
Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia
Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia
sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga
memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah
perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
2)
Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India
atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke
Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses
penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.
3)
Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya
menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut
ikut masuk pula unsur-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia dalam hal berbagai bentuk dan
manifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak
kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman
tradisional untuk memasuki zaman modern.
Manusia sebagai mahluk berakal dan
berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya
yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup
yang semakin terus maju, ketika alamlah yang mengendalikan manusia dengan
sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keinginantahuan yang terus berkembang)
makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dadpat mengubah alam menjadi
sesuatu yang berguna, maka alamlah yang dikendalikan oleh manusia (http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-kebudayaan-dengan-pendidikan.html).
2.
Pendidikan
Pendidikan menurut undang-undang
sisdiknas merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Adapun menurut Carter V.Good dalam
Dictinary of Education bahwa pendidikan itu mengandung pengertian:
1. Proses perkembangan kecakapan
seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.
2. Proses sosial dimana seseorang
dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga
ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
Sedangkan
menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal
Cultural History of Western Education bahwa: Pendidikan adalah kegiatan
menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari
generasi ke generasi berikutnya. Menurut Hasan Langgulung dalam bahasanya
mengenai pendidikan adalah aktifitas yang dikerjakan oleh pendidikan dan
filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan,
mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah kontradiksi budaya.
3. Hubungan antara Pendidikan dengan
Perubahan Budaya
Antara pendidikan dan kebudayaan
terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu
hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan
dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin
berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan
atau cara mendidiknya. Berhubung ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup
segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek
kehidupan dalam kebudayaan.
Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan
akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan
matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu, kebudayaan umum harus
diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan
dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan
proporsi yang kecil. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan
adalah bagian dari kebudayaan.
Bila kebudayaan berubah maka pendidikan
juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang
berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu
dari tempat enkulturasi suatu budaya (http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/29/landasan-sosial-budaya-terhadap-pendidikan/).
Dalam
konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya
serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut.
Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa
terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini
tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat
menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer
nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan.
Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program
pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan
pendidikan formal.
Seperti
dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama,
yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka
sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan
erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing,
kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu
sama lainnya.
Menurut
pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan
masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan
dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan
usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang
kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam
pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi
individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya,
pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian
meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu (http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-kebudayaan-dengan-pendidikan.html).
Menurut pendapat Diah Ekaningtyas, perubahan kebudayaan dalam
masyarakat merupakan gejala perubahan pola hidup, kebiasaan dan struktur sosial
dalam masyarakat yang disebabkan oleh beberapa faktor. Perubahan kebudayaan ini
merupakan hal alami yang terjadi di masyarakat dikarenakan sifat alami manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan. Menurut sumber dari Wikipedia,
perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat yang terjadi karena adanya perubahan
komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti
perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan
faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan
pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Menurut Hirschman, kebosanan
manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. (http://diahtyas8.wordpress.com/2011/04/02/penyebab-perubahan-kebudayaan/).
Seperti
yang telah disebutkan di atas, perubahan jumlah penduduk merupakan salah satu
penyebab perubahan kebudayaan secara intern, baik itu dikarenakan kelahiran,
kematian ataupun perpindahan (migrasi). Perpindahan penduduk merupakan salah
satu penyebab yang patut diperhitungkan. Biasanya masyarakat pendatang
cenderung membawa kebudayaan asalnya.
Hal
ini menyebabkan terjadinya pergeseran kebudayaan masyarakat asal dan terjadi
pembauran kebudayaan. Hal ini diperkuat jika kebudayaan yang dibawa tampak
lebih modern dan lebih menarik. Sebagai contoh masyarkat ibu kota yang
melakukan migrasi ke daerah, cenderung memamerkan hal – hal baru yang dimiliki
dan membawa kebudayaan kota yang biasa dilakukan ke daerah. Hal ini ditunjang
oleh kemajuan teknologi, sehingga masyarakat daerah tertarik dan cenderung
mengikuti pola, kebiasaan dan kebudayaan tersebut.
Akan
tetapi, tidak semua kebudayaan yang di bawa membawa pengaruh positif. Contoh
lain yaitu adanya penemuan baru merupakan salah salah satu penyebab perubahan
kebudayaan secara internal. Handphone merupakan salah satu temuan yang mengubah
kebiasaan masyarkat dalam berkomunikasi. Masyarakat yang semula menggunakan
surat sebagai sarana berkomunikasi, saat ini telah beralih menggunakan
handphone. Bahkan handphone bukan lagi barang mewah.
Contoh
lain penyebab perubahan kebudayaan secara eksternal adalah masuknya kebudayaan
barat ke Indonesia dengan sangat mudah seperti perayaan Valentine, dan
Halloween. Media masa, merupakan salah satu sarana utama masuknya kebudayaan
tersebut dan berbaur dengan kebudayaan kita. Sebagian besar masyarakat
Indonesia saat ini selalu merayakan Valentine sebagai hari kasih sayang, tanpa
mengetahui asal muasal dan tujuan kebudayaan tersebut.
Pada
umumnya mereka hanya menirukan kebiasaan yang dilakukan masyarakat barat untuk
memberikan kado, tanda kasih sayang ke orang-orang spesial seperti yang
dilakukan di film, televisi ataupu di artikel-artikel majalah. Hal ini sangat
mengubah kebiasaan masyarakat kita. Buktinya setiap bulan Februari seluruh
pusat perbelanjaan di Indonesia selalu dipenuhi oleh pernak pernik Valentine,
setiap stasiun televisi menyiarkan berbagai film romantis, dll. Akan tetapi,
kebudayaan tersebut juga memberikan dampak negative untuk masyarakat Indonesia.
Terbukti dengan banyaknya remaja di tangkap saat merayakan Valentine dengan
minuman keras dan seks bebas.
Masyarakat
pada umumnya memang cenderung untuk menirukan hal-hal baru yang dianggap
canggih, menarik dan menyenangkan, tanpa memikirkan dampaknya. Hal ini sudah
sepatutnya diwapadai. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang
memudahkan setiap orang berkomunikasi dengan orang lain antar daerah, antar
pulau, antar negara bahkan antar benua tidak menutup kemungkinan masuknya
kebudayaan-kebudayaan asing kedalam masyarakat tersebut dan berbaur.
Selain
itu, kesadaran generasi muda untuk mempertahankan kebudayaan asli yang semakin
menurun, sehingga memungkinkan hilangnya kebudayaan asli dari setiap masyarakat,
khususnya masyarakat Indonesia. Hal ini menuntut kepedulian dan perhatian lebih
lanjut agar masyarakat Indonesia dapat mempertahankan kebudayaan-kebudayaan
positif yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia di masa-masa mendatang.
BAB III
STUDI KASUS
A.
Kasus
Pendidikan
merupakan “social elavator” atau sebagai alat perubahan sosial yang sangat
cepat. Dari berbagai golongan masyarakat tertentu ada yang menolak pendidikan
secara formal, padahal ttujuan pendidikan itu sendiri ialah memanusiakan manusia,
membuat manusia yang tidak tahu menjadi tahu.
Golongan
masyarakat adat Baduy merupakan salah satu golongan yang menolak pendidikan
fomal, karena mereka khawatir pengaruh arus globalisasi dibalik nama pendidikan
akan merusak aturan adat istiadat dan budaya yang mereka pertahankan dan mereka
anut sejak turun temurun. Orang Kanekes atau orang Baduy, adalah suatu kelompok
masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka
sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka menerapkan kehidupan isolasi dari
pengaruh budaya luar. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai “urang
Kanekes” dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama
kampung mereka seperti urang Cibeo (Garna, 1993).
Masyarakat
Baduy terbagi kedalam tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka
(Permana, 2001). Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy
Dalam, yang paling ketat megikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga
kampung: Cibeo,Cikeusik, dan Cikartawarna. Kelompok masyarakat kedua yang
disebut panamping adalah Masyarakat Baduy luar yang telah keluar dari adat
istiadat masyarakat Baduy Dalam.
Masyarakat
Baduy dalam tidak mengenyam pendidikan disekolah, karena pendidikan formal
berlawanan dengan adat istiadat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk
membangun fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini,
walaupun pemerintah sejak era orde baru telah berusaha memaksa mereka untuk
mengubah cara hidup mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka,
masyarakat Baduy masih menolak usaha pemerintah tersebut. Akibatnya, mayoritas
masyarakat Baduy tidak dapat membaca dan menulis, adapun yang dapat membaca dan
menulis hanya beberapa orang saja yang sering melakukan interaksi dengan
masyarakat Baduy luar dan masyarakat luar Baduy.
Pendidikan
yang diterapkan oleh mayarakat Baduy lebih kearah pendidikan behaviouristik
(kebiasaan). Kebiasaan dalam konteks kehidupan sehari-hari yang dijalani secara
turun temurun, seperti: bertani, merawat alam, mencari tumbuh-tumbuhan obat,
mencari buah-buahan dll.
Masyarakat
Baduy lebih menekankan kepada pendidikan moral, dimana kita harus belajar dalam
kesederhanaan, menghargai alam, tolong menolong terhadap sesama dan menjungjung
tinggi nilai adat istidat serta budaya sendiri. Pendidikan pada masyarakat
primitif yang belum mengenal aksara (preliterate level of society).
Dikalangan masyarakat tersebut, pendidikan ditandai oleh proses belajar secara
informal didalam keluarga, guna memberikan keterampilan-keterampilan bermata
pencaharian dan memperkenalkan pola tingkah laku yang sesuai dengan nilai serta
norma masyarakat setempat (Didin Saripudin, 2010). Tingkatan diferensiasi
pendidikan masyarakat Baduy masih pada tingkatan peliterate level of
society.
B.
Solusi
Pendidikan
yang ada di Baduy memang tidak sama dengan kebanyakan pendidikan umum seperti
kebanyakan di masyarakat. Hal ini, memang bukan tanpa sebab, seperti yang
dijelaskan dalam studi kasus diatas masyarakat Baduy merasa “takut” dalam
menghadapi pendidikan.
Apabila
dikaitkan dengan Universal Theory of Evolution
menurut Soerjono Soekanto, yang menyatakan
bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang
tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi
yang tertentu. Maka, akan sangat sulit untuk mengubah pola pendidikan yang
telah ada di Baduy selama ini. Dari dulu, masyarakat Baduy sudah menerapkan
sistem seperti saat ini, mengisolasi dari luar.
Jalan
keluarnya, adalah kita merancang sebuah model pendidikan yang sesuai dengan
keadaan, tradisi dan adat istiadat di Baduy. Kita bisa mencoba untuk memasukkan
sistem keilmuan yang ada di kita dalam pengemasan yang berbeda.
Dengan
cara yang bertahap, kita harus mencoba untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat Baduy, tentang pentingnya berbagai aspek kehidupan nasional, salah
satunya adalah pendidikan. Outputnya adalah mereka bisa memahami dan menyadari
betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan dewasa ini. Selain itu, mereka bisa
mengikuti dan menyeimbangkan kemajuan zaman tanpa harus meninggalkan kebudayaan
serta adat istiadat mereka.
Dalam
hal ini, memang memerlukan proses yang tidak mudah, asalkan ada kemauan dari
pemerintah atau kalangan manapun yang peduli terhadap Baduy dalam konteks
pendidikan mau melakukannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah diatas, kita
dapat melihat bahwa pendidikan memang sebagai social elevator yang bisa merubah
kehidupan seseorang. Tidak jarang, kita menemukan seorang anak yang orang
tuanya hanya sebagai penjual siomay keliling, namun anaknya bisa menjadi
dokter. Hal ini, tidak lain dikarenakan pendidikan.
Namun, saat ini banyak orang yang
tidak dapat mendapatkan pendidikan, karena mahalnya biaya pendidikan. Hal ini,
sebenarnya sangat disayangkan. Mengingat, pendidikan dapat mengubah keadaan
sosial budaya seseorang.
Sebenarnya pendidikan bukanlah
satu-satunya faktor untuk menuju perubahan sosial. Namun, dalam perubahan
sosial budaya setiap faktor saling berkaitan. Antara pendidikan, adat istiadat,
IPTEK dan hal yang lainnya saling berhubungan. Ketika salah satunya tidak
berjalan, maka perubahan sosial itu tidak akan maksimal bahkan tidak jarang
tidak berhasil.
Sebagai contoh, studi kasus diatas
yang mengangkat tentang pendidikan masyarakat Baduy. Pendidikan disana sangat
sulit berjalan, maksudnya pendidikan fornal. Hal ini, dikarenakan adanya adat
istiadat yang begitu kuat dan sudah mengakar.
Untuk melakukan perubahannya memang
tidak mudah, akan tetapi dengan cara yang bertahap bukan tidak mungkin hal
tersebut bisa terjadi. Namun, kita tidak bisa menyamakan ‘kemasan’nya dengan
konteks kita saat ini. Tentunya, kita harus tetap menghargai adat istiadat yang
telah mereka pegang teguh. Dalam hal ini, tentunya kita hanya mencoba
memberikan pemahaman akan pentingnya pendidikan formal dalam perubahan sosial
dan kebutuhan hidup seseorang
DAFTAR PUSTAKA
Saripudin,
Didin. 2010. Interpretasi Sosiologis
dalam Pendidikan.
Kurnia,
Asep. 2010. Saatnya Baduy Bicara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Artikel pendidikan dan perubahan sosial oleh: Jamil, Elis
Mardiana Penggabean, Indraprasetia, FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara
Garna, Y. (1993). Masyarakat Baduy di Banten,
dalam Masyarakat Terasing (artikel Wikipedia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar