Jumat, 27 Desember 2013

Perubahan Sosial


BAB I
PENDAHULUAN 
1.        Latar Belakang Masalah
Banyak ilmu yang mempelajari masyarakat, seperti hukum, ekonomi, politik, antropologi, sosiologi, georafi, dan sejarah. Masing-masing mempunyai lahan sendiri-sendiri. Dalam hal ini sosiologi membedakan dengan ilmu-ilmu sosial lain karena memusatkan perhatianya pada struktur dan proses sosial yang terjadi dalam masyarakat, yang meliputi distribusi peran yang dimainkan komponen-komponen itu, dan interaksi serta perubahan-perubahan yang dialami.  
Di dalam menelaah dunia dan sistem pendidikan dengan sosiologi menurut Faisal (1987: 44) mau tidak mau harus memperhatikan dan beranjak dari sejumlah konsep-konsep umum, misalnya konsep tentang masyarakat, kebudayaan, perubahan sosial, lingkungan sosial, dan sebagainya. Interprestasi sosiologis dalam pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses-proses sosial dan pola-pola sosial yang berlangsung dalam sistem pendidikan.
Asumsinya adalah, pendidikan merupakan suatu kombinasi tindakan-tindakan sosial, dan sosiologi melakukan analisis terhadap interaksi manusia. Analisis terhadap manusia dalam pendidikan, bisa mencakup keduanya, baik yang terjadi dalam pendidikan formal, maupun yang berlangsung dalam berbagai proses komunikasi informal yang memberikan fungsi pendidikan. Juga diasumsikan, bahwa analisis-analisis dimaksud, akan menuntun kepada pengembangan generalisasi ilmiah mengenai hubungan-hubungan antara manusia didalam sistem pendidikan. (Didin Saripudin, 2010: 1-4)
Selama hidupnya, manusia senantiasa mempelajari dan melakukan perubahan-perubahan terhadap kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Hal ini adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaan diciptakan dan diajarkan dari satu generasi  ke generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, baik secara perorangan maupun berkelompok. Dari kenyataan ini, tidak ada satupun kebudayaan dan perwujudan kebudayaan yang bersifat statis (tidak mengalami perubahan).
Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, serta keseluruhan hasil budi dan karya tersebut.
Kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu :
1. Ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang abstrak.
2. Kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat (sistem sosial).
3. Benda-benda hasil karya manusia yang berupa fisik.
Hubungan perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan yang menyangkut perubahan masyarakat dan kebudayaannya, seringkali kesulitan memisahkan antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Sebab tidak ada sama. Dari bentuk perubahan dibedakan dari segi perubahan sosial lambat dan masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya. Perubahan sosial dan budaya mempunyai satu aspek yang cepat, perubahan sosial kecil dan perubahan sosial direncanakan dan tidak direncanakan.
William F. Ogburn dalam Moore (2002), berusaha memberikan suatu pengertiantentang  perubahan  sosial.  Ruang  lingkup  perubahan sosial  meliputi  unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya adalah pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Hal ini tentunya menarik untuk dipertanyakan, apakah memang pendidikan sangatlah berperan untuk sebuah perubahan sosial maupun budaya di masyarakat tertentu? Kita melihat bahwa Tidak sedikit masyarakat atau golongan tertentu yang tidak bisa duduk dibangku sekolah, karena suatu perbedaan atau kemiskinan, jika benar melalui pendidikanlah mereka yang dari golongan bawah bisa menaikan stratifikasi sosialnya, bisa lebih melestarikan atau menjaga kebudayaan mereka melalui pendidikan. Bagaimana bisa, jika mereka tidak berpendidikan? Masyarakat dari golongan bawah butuh bantuan dari pemerintah untuk masalah pendidikan. kami akan memfokuskan pokok permasalahannya kedalam seberapa pentingkah pendidikan untuk perubahan sosial masyarakat, seberapa berpengaruhkah pendidikan pada perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi?

2.       Rumusan Masalah
Adapun permasalahan utama yang akan di kaji adalah “ apa peran pendidikan dalam perubahan sosial dan budaya”? untuk memfokuskan kajian penulisan ini, maka rumusan masalah tersebut disusun kedalam pertanyaan-pernyataan sebagai batasan masalah, yaitu:
1.     Pengertian pendidikan dan perubahan sosial?
2.     Hubungan pendidikan dengan perubahan sosial?
3.     Hubungan pendidikan dengan perubahan budaya?
4.     Studi kasus tentang pendidikan dan perubahan sosial budaya!

3.       Tujuan dan Manfaat
Sebagaimana dijelaskan dalam perumusan masalah, maka penulisan ini bertujuan memperoleh keterangan dan pemahaman tentang pengertian dan hubungan pendidikan dengan perubahan sosial dan budaya. Adapun penjabaran dari tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1.   Mengetahui pengertian pendidikan dan perubahan sosial di masyarakat tertentu.
2.   Menjelaskan keterhubungan antara pendidikan dengan perubahan sosial tertentu.
3.   Menjelaskan hubungan pendidikan dengan perubahan budaya.
4.   Mengetahui kasus yang terjadi yang berkaitan dengan pendidikan  dan perubahan sosial budaya.
BAB II
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
  1. Pengertian Pendidikan Dan Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Kingsley Davis: perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat
  2. William F. Ogburn: perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
  3. Mac Iver: perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
4.    Gillin dan Gillin: perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
  1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
  2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
  3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
  4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat
Menurut Jefta Leibo, proses perubahan memiliki 3 tahap, yaitu :
1.      Invention
2.      Diffusion
3.      Consequence
Dalam tahapan-tahapan diatas sudah tentu menyangkut tanggapan-tanggapan dari individu yang terlibat dalam perubahan itu sendiri.menurut schoorl yang dikutip Leibo, ada empat orang atau kelmpok yang terbuka untuk suatu perubahan yaitu :
1.      Mereka yang tidak menyetujui keadaan
2.      Mereka yang acuh tak acuh
3.      Mereka yang tidak puas
4.      Mereka yang mengandung rasa dendam
Ada tiga kategori perubahan social (rogers 1969,5-7) yaitu :
1.      Immanent change
2.      Selective contact change
3.      Directed contact change
1.    Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan social dan kebudayaan :
a.       Faktor internal:
1) Bertambah atau berkurangnya penduduk.
2) Penemuan-penemuan baru.
3)   Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat.
4)   Perubahan ideology dalam masyarakat.
5)   Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri.
b.      Faktor eksternal :
1)   Sebab-sebab yangberasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia.
2)   Peperangan dengan Negara lain.
3)   Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
4)    
2.         Faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial
  1. Ada dua tipe difusi yaitu :
1)      Difusi intra masyarakat
2)      Difusi antara masyarakat
  1. Faktor penghambat perubahan sosial:
1)      Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2)      Perkembangan IPTEK yang lambat
3)      Sikap masyarakat tradisional
4)      Adanya kepentinagan-kepentingan yang tertanam dengan hemat sekali
5)      Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
6)      Prasangka terhadap hal-hal yang baru atau asing atau sikap tertutup
7)      Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
8)      Adat atau kebiasaan
9)      Nilai bahwa hidp ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki

3.                            Bentuk-bentuk perubahan sosial

a.      Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi

Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk umum yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung lambat. Kedua bentuk perubahan tersebut dalam sosiologi dikenal dengan revolusi dan evolusi.

b.      Perubahan evolusi

Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:
1.      Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
  1. Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
  2. Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.

c.       Perubahan revolusi

Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain adalah:
  1. Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
  2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
  3. Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
  4. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
  5. Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.

4.      Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan

a.      Perubahan yang direncanakan

Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan Oleh karena itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan (pengawasan agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian) anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga berencana (KB).

b.      Perubahan yang tidak direncanakan dan contoh

Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.

5.      Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil

Apa yang dimaksud dengan perubahan-perubahan tersebut?berikut penjelasannya dibawah ini.

a.     Perubahan berpengaruh besar

Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya per- ubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.

b.   Perubahan berpengaruh kecil

Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan homolis.
6.       Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

a.         Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
1)      Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
2)      Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
3)      Melestarikan kebudayaan.
4)      Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
1)      Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
2)      Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
3)      Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
4)      Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
1)      Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
2)      Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
3)      Menjamin integrasi sosial.
4)      Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
5)      Sumber inovasi sosial.
  1.  Pendidikan dan Perubahan Sosial
Dewasa ini pendidikan sudah merupakan kebutuhan hidup setiap orang, bahkan bisa dikatakan sudah menjadi kebutuhan dasar manusia untuk menjalankan hidupnya. Maka tak heran jika kini pendidikan bisa diktakan sebagai saluran yang baik untuk melakukan mobilitas vertikal, karena posisi pendidikan yang dirasa sangat penting. Pendidikan dan perubahan sosial merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, karena hubungannya yang erat dan sangat berkaitan. Pendidikan member dampak pada perubahan sosial, begitu juga perubahan sosial memberikan dampak bagi terciptanya pembangunan pendidikan.
Pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap peserta didiknya, sehingga bisa dikatakan bahwa melalui pendidikan lah seseorang bisa memperlihatkan dan mengembangkan kemampuannya. Pendidikan ini sangat berhubungan sekali dengan SDM, pendidikan yang baik tentu akan menghasilkan SDM yang handal. SDM yang baik dan handal lah yang mampu membanntu bangsa dalam menyelesaikan segala permasalahan dalam segala kehidupannya.
Pendidikan yang kemudian akan membentuk suatu individu dengan segala pengetahuan, kemampuan da juga keterampilannya yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Pendidikan dikatakan sebagai salah satu alat perubahan sosial karena melalui pendidikan, seorang individu bisa terbentuk menjadi individu yang berpotensi dan peka terhadap lingkungan sekitar, sehingga dengan begitu bisa merubah keadaan sosialnya. Yang dinamakan perubahan sosial adalah perubahan dari segi struktur, sistem juga pola sosial, pendidikan lah salah satunya yang bisa membantu adanya perubahan sosial sehingga pendidikan bisa dikatakan sebagai agen of change.
Pendidikan juga bisa membentuk pribadi seseorang, sehingga diaharpkan dia mampu menjalani kehidupan sosialnyab dan pendidikan sebai salah satu alat pendampingnya. Seseorang yang berpendidikan dengan seseorang yang tidak mengenyam pendidikan tentulah akan mengalami banyak perbedaan dalam kehidupannya, seorang yang berpendidikan tentu akan dianggap lebih tinggi strata sosialnya jika dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan, Seorang yang berpendidikan akan mudah peka atau mampu menyerap segala apapun yang terjadi disekelilingnya sehingga dia cenderung lebih mengetahui cara untuk melakukan perubahan jika ada hal-hal yang tidak sesuai dalam kehidupannya.
 Dengan adanya pendidikan ini seseorang akan mudah untuk mengenali kondisi sekitarnya sehingga jika terjadi perubahan dia akan mampu untuk bersosialisai dan ikut beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Dan dengan semakin pesat dan berkembangnya dunia pendidikan pun bisa membawa perubahan yang berdampak sangat pesat, terutama dengan adanya penemuan teknologi yang diketemukan oleh para ahli. Pendidikan bisa menjadi salah satu peranan yang sangat penting dalam mengenalkan dan mengembangkan teknologi yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, dan masyarakat pun cenderung mengalami perubahan jika mereka lebih mengerti dan mengembangkan teknologi.
Pendidikan disini berfungsi sebagai lembaga yang mulai mengenalkan hal-hal yang baru, dan mengembangkan hal-hal yang baru sehingga peserta didik dan masyarakat pun mulai mengenal dan mengembangkan sesutau atau hal yang baru ini dari pendidikan ataupun bangku sekolah. Selain itu, pendidikan pun bisa membentuk suatu sikap dan mental dari seorang individu, sehingga membentuk suatu pribadi yang siap terhadap adanya perubahan.
Yang harus juga kita ingat bahwa pendidikan merupakan saluran mobilitas yang baik, dengan adanya seperti ini maka banya orang yang bersekolah atau berpendidikan tinggi demi menaikkan status sosialnya. Dan bukan sesuatu yang tidak mungkin ketika dia melakukan mobilitas status sosialnya maka peranan yang harus dijalankannya pun akan semakin kompleks. Status dan peranan juga lah yang bisa membawa individu pada adanya perubahan sosial, ketika seseorang memiliki status baru yang lebih baik maka secara tidak disadari dia pun akan mulai merubah yang ada disekelilingnya. Contohnya saja seoarang anak petani yang menyelesaikan pendidikan tinggi, bukan hal yang tidak mungkin dia tidak akan meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai petani tetapi dia akan lebih memilih pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan yang telah dia selesaikan, bahkan ketika dia memiliki pekerjaan yang bagus dengan prestise yang tinggi, hal yang sangat wajar dan secara tidak langsung pun perubahan pun akan mulai terjadi falam kehidupannya. Dari kehidupan yang sederhana bisa saja dia jadi bergaya hidup mewah, begitupun kehidupan osialnya pasti akan berubah disesuaikan dengan status dan peranan yang dia jalani saat ini.
Bukan hanya pendidikan yang bisa menjadikan perubahan sosial tetapi ternyata perubahan sosial juga bisa membangun pendidikan menjadi lebih baik. Dengan adanya tuntutan zaman yang semakin modern, tentunya tuntutan masyrakat pun semakin banyak terutama dalam hal pendidikan. Masyarakat modern tentunya membutuhkan pendidikan yang bagus yang mampu mendidik individu dengan baik sehingga dengan mengikuti pendidikan dapat mencetak individu yang handal yang mampu bersaing di dunia sosial dan juga dalam dunia kerja.
Dengan tututan yang seperti itu, maka sudah seharusnya pendidikan pun dibangun menjadi lebih baik, ditata dengan sistem yang lebih terstruktur bukan pendidikan yang hanya asal-asalan mendirikan sekolah tetapi pendidikan yang mampu mencetak generasi penerus yang memiliki keterampilan bukan hanya keterampilan dalam mengalkan ilmu sala tetapi juga keterampilan dalam dunia sosialnya. Ketika tuntutan masyarakat dan tuntutan dunia semakin banyak, sistem pendidikan pun tidak boleh jalan di tempat tentunya harus mengalami perkembangan yang signifikan yang bisa menunjang kehidupan masyarakatnya dalam menghadapi kehidupan nyata yang semakin kompleks dan canggih.
Pendidikan sudah seharusnya melakukan inovasi dalam segala aspeknya baik dalam sistem ataupun strukturnya, sekolah sebagai salah satu komponen yang memiliki peranan yang sangat besar tentunya harus melakukan inovasi-inovasi baik itu dari segi kegiatan belajar, guru guru, media pembelajaran ataupun hal-hal lain yang menunjang pengembangan potensi dan bakat siswa yang nantinya juga akan digunakan untuk memenuhi tunttuan masyarakat. Semakin tinggi tuntutan masyarakat dan dunia, maka akan semakin banyak pembangunan yang dilakukan oleh pendidikan karena itulah hal yang semestinya dilakukan.
 Pendidikan harus mampu menjawab segala keresahan masyarakat akan perkembangan dunia, juga harus menjadi solusi terbaik. Diharapkan dengan adanya perubahan sosial yang semakin hari semakin sering terjadi, maka pendidikan pun semakin hari semakin melakukan pembangunananya dalam berbagai aspek sehingga bisa memenuhi segala kebutuhan masyarakat untuk mengahadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Masyarakat yang hadir pada masa kini adalah masyarakat yang modern, yang menurut  Alex Inkeles, bahwa manusia modern itu adalah manusia yang lebih mudah menerima perubahan, dengan berarti masyarakat yang hadir pada masa modern adalah masyarakat yang sudah siap dan sadar dengan adanya berbagai perubahan sosial yang ada di sekelilingnya. Maka pendidikan pun tidak boleh ketinggalan, pendidikan pun harus mampu mengikuti zaman dan mengikuti kemampuan dan keahlian yang memang dibutuhkan oleh zaman, baik itu masa kini maupun masa yang akan datang.
Bisa dibayangkan jika pendidikan tidak pernah mengalami kemajuan dan pembangunan sudah tentu gal itu akan ditinggalkan masyarakat. Pendidikan yang diharapkan dan dibutuhkan oleh masyarakat modern adalah pendidikan yang bermutu dan dapat mencetak generasi yang handal. Generasi yang mampu membawa negara kita ke arah perubahan yang lebih baik, generasi yang sesuai dengan tuntutan dunia dan juga zaman.
Pendidikan dan perubahan sosial adalah hal yang susah untuk dipisahkan karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang sangat kuat. Pendidikan bisa membawa pada perubahan sosial begitupun juga perubahan sosial lah yang membangun pendidikan ke arah yang lebih baik.
C.    Keterhubungan Antara Pendidikan Dengan Perubahan Budaya
1.    Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal” sedangkan kata budaya merupakan “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa. Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan (entah kenapa alasannya). Kata budaya disini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html).
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Jadi dengan demikian menurut Koentjaraningrat  kebudayaan merupakan keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Contohnya:
Masuknya mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller” di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi kehilangan pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
1        Mendorong perubahan kebudayaan
2.      Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan  material).
3.      Adanya individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.
4.      Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.
Sedangkan faktor yang menghambat perubahan kebudayaan, yaitu:
1.    Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah. seperti :adat istiadat dan keyakinan agama (kebudayaan non material)
2.    Adanya individu-individu yang sukar menerima unsure-unsur perubahan terutama generasi tu yang kolot.
Selain itu, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan, yaitu:
a.        Faktor intern
1)   Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, contoh: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
2)   Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Contoh: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.


3)   Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan. Contoh : bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
4)        Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
b.        Faktor ekstern
1)        Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
2)        Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.


3)   Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsur-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia dalam hal berbagai bentuk dan manifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern.
Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah yang mengendalikan manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keinginantahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dadpat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna, maka alamlah yang dikendalikan oleh manusia (http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-kebudayaan-dengan-pendidikan.html).
2.        Pendidikan
Pendidikan menurut undang-undang sisdiknas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Adapun menurut Carter V.Good dalam Dictinary of Education bahwa pendidikan itu mengandung pengertian:
1.      Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.
2.      Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
Sedangkan menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western Education bahwa: Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya. Menurut Hasan Langgulung dalam bahasanya mengenai pendidikan adalah aktifitas yang dikerjakan oleh pendidikan dan filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah kontradiksi budaya.
3.      Hubungan antara Pendidikan dengan Perubahan Budaya
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya. Berhubung ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan.
Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu, kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan.
Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya (http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/29/landasan-sosial-budaya-terhadap-pendidikan/).
Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.
Menurut pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu (http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-kebudayaan-dengan-pendidikan.html).  
Menurut pendapat Diah Ekaningtyas, perubahan kebudayaan dalam masyarakat merupakan gejala perubahan pola hidup, kebiasaan dan struktur sosial dalam masyarakat yang disebabkan oleh beberapa faktor. Perubahan kebudayaan ini merupakan hal alami yang terjadi di masyarakat dikarenakan sifat alami manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Menurut sumber dari Wikipedia, perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat yang terjadi karena adanya perubahan komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Menurut Hirschman, kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. (http://diahtyas8.wordpress.com/2011/04/02/penyebab-perubahan-kebudayaan/).
Seperti yang telah disebutkan di atas, perubahan jumlah penduduk merupakan salah satu penyebab perubahan kebudayaan secara intern, baik itu dikarenakan kelahiran, kematian ataupun perpindahan (migrasi). Perpindahan penduduk merupakan salah satu penyebab yang patut diperhitungkan. Biasanya masyarakat pendatang cenderung membawa kebudayaan asalnya.
Hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran kebudayaan masyarakat asal dan terjadi pembauran kebudayaan. Hal ini diperkuat jika kebudayaan yang dibawa tampak lebih modern dan lebih menarik. Sebagai contoh masyarkat ibu kota yang melakukan migrasi ke daerah, cenderung memamerkan hal – hal baru yang dimiliki dan membawa kebudayaan kota yang biasa dilakukan ke daerah. Hal ini ditunjang oleh kemajuan teknologi, sehingga masyarakat daerah tertarik dan cenderung mengikuti pola, kebiasaan dan kebudayaan tersebut.
Akan tetapi, tidak semua kebudayaan yang di bawa membawa pengaruh positif. Contoh lain yaitu adanya penemuan baru merupakan salah salah satu penyebab perubahan kebudayaan secara internal. Handphone merupakan salah satu temuan yang mengubah kebiasaan masyarkat dalam berkomunikasi. Masyarakat yang semula menggunakan surat sebagai sarana berkomunikasi, saat ini telah beralih menggunakan handphone. Bahkan handphone bukan lagi barang mewah.
Contoh lain penyebab perubahan kebudayaan secara eksternal adalah masuknya kebudayaan barat ke Indonesia dengan sangat mudah seperti perayaan Valentine, dan Halloween. Media masa, merupakan salah satu sarana utama masuknya kebudayaan tersebut dan berbaur dengan kebudayaan kita. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini selalu merayakan Valentine sebagai hari kasih sayang, tanpa mengetahui asal muasal dan tujuan kebudayaan tersebut.
Pada umumnya mereka hanya menirukan kebiasaan yang dilakukan masyarakat barat untuk memberikan kado, tanda kasih sayang ke orang-orang spesial seperti yang dilakukan di film, televisi ataupu di artikel-artikel majalah. Hal ini sangat mengubah kebiasaan masyarakat kita. Buktinya setiap bulan Februari seluruh pusat perbelanjaan di Indonesia selalu dipenuhi oleh pernak pernik Valentine, setiap stasiun televisi menyiarkan berbagai film romantis, dll. Akan tetapi, kebudayaan tersebut juga memberikan dampak negative untuk masyarakat Indonesia. Terbukti dengan banyaknya remaja di tangkap saat merayakan Valentine dengan minuman keras dan seks bebas.
Masyarakat pada umumnya memang cenderung untuk menirukan hal-hal baru yang dianggap canggih, menarik dan menyenangkan, tanpa memikirkan dampaknya. Hal ini sudah sepatutnya diwapadai. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang memudahkan setiap orang berkomunikasi dengan orang lain antar daerah, antar pulau, antar negara bahkan antar benua tidak menutup kemungkinan masuknya kebudayaan-kebudayaan asing kedalam masyarakat tersebut dan berbaur.
Selain itu, kesadaran generasi muda untuk mempertahankan kebudayaan asli yang semakin menurun, sehingga memungkinkan hilangnya kebudayaan asli dari setiap masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Hal ini menuntut kepedulian dan perhatian lebih lanjut agar masyarakat Indonesia dapat mempertahankan kebudayaan-kebudayaan positif yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia di masa-masa mendatang.







BAB III
STUDI KASUS

A.  Kasus
Pendidikan merupakan “social elavator” atau sebagai alat perubahan sosial yang sangat cepat. Dari berbagai golongan masyarakat tertentu ada yang menolak pendidikan secara formal, padahal ttujuan pendidikan itu sendiri ialah memanusiakan manusia, membuat manusia yang tidak tahu menjadi tahu.
Golongan masyarakat adat Baduy merupakan salah satu golongan yang menolak pendidikan fomal, karena mereka khawatir pengaruh arus globalisasi dibalik nama pendidikan akan merusak aturan adat istiadat dan budaya yang mereka pertahankan dan mereka anut sejak turun temurun. Orang Kanekes atau orang Baduy, adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka menerapkan kehidupan isolasi dari pengaruh budaya luar. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai “urang Kanekes” dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti urang Cibeo (Garna, 1993).
Masyarakat Baduy terbagi kedalam tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001). Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat megikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo,Cikeusik, dan Cikartawarna. Kelompok masyarakat kedua yang disebut panamping adalah Masyarakat Baduy luar yang telah keluar dari adat istiadat masyarakat Baduy Dalam.
Masyarakat Baduy dalam tidak mengenyam pendidikan disekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan adat istiadat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun pemerintah sejak era orde baru telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, masyarakat Baduy masih menolak usaha pemerintah tersebut. Akibatnya, mayoritas masyarakat Baduy tidak dapat membaca dan menulis, adapun yang dapat membaca dan menulis hanya beberapa orang saja yang sering melakukan interaksi dengan masyarakat Baduy luar dan masyarakat luar Baduy.
Pendidikan yang diterapkan oleh mayarakat Baduy lebih kearah pendidikan behaviouristik (kebiasaan). Kebiasaan dalam konteks kehidupan sehari-hari yang dijalani secara turun temurun, seperti: bertani, merawat alam, mencari tumbuh-tumbuhan obat, mencari buah-buahan dll.
Masyarakat Baduy lebih menekankan kepada pendidikan moral, dimana kita harus belajar dalam kesederhanaan, menghargai alam, tolong menolong terhadap sesama dan menjungjung tinggi nilai adat istidat serta budaya sendiri. Pendidikan pada masyarakat primitif yang belum mengenal aksara (preliterate level of society). Dikalangan masyarakat tersebut, pendidikan ditandai oleh proses belajar secara informal didalam keluarga, guna memberikan keterampilan-keterampilan bermata pencaharian dan memperkenalkan pola tingkah laku yang sesuai dengan nilai serta norma masyarakat setempat (Didin Saripudin, 2010). Tingkatan diferensiasi pendidikan masyarakat Baduy masih pada tingkatan peliterate level of society.














B.  Solusi
 Pendidikan yang ada di Baduy memang tidak sama dengan kebanyakan pendidikan umum seperti kebanyakan di masyarakat. Hal ini, memang bukan tanpa sebab, seperti yang dijelaskan dalam studi kasus diatas masyarakat Baduy merasa “takut” dalam menghadapi pendidikan.
Apabila dikaitkan dengan Universal Theory of Evolution menurut Soerjono Soekanto,  yang menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. Maka, akan sangat sulit untuk mengubah pola pendidikan yang telah ada di Baduy selama ini. Dari dulu, masyarakat Baduy sudah menerapkan sistem seperti saat ini, mengisolasi dari luar.
Jalan keluarnya, adalah kita merancang sebuah model pendidikan yang sesuai dengan keadaan, tradisi dan adat istiadat di Baduy. Kita bisa mencoba untuk memasukkan sistem keilmuan yang ada di kita dalam pengemasan yang berbeda.
Dengan cara yang bertahap, kita harus mencoba untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Baduy, tentang pentingnya berbagai aspek kehidupan nasional, salah satunya adalah pendidikan. Outputnya adalah mereka bisa memahami dan menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan dewasa ini. Selain itu, mereka bisa mengikuti dan menyeimbangkan kemajuan zaman tanpa harus meninggalkan kebudayaan serta adat istiadat  mereka.
Dalam hal ini, memang memerlukan proses yang tidak mudah, asalkan ada kemauan dari pemerintah atau kalangan manapun yang peduli terhadap Baduy dalam konteks pendidikan mau melakukannya.







BAB IV
KESIMPULAN

Dari pemaparan makalah diatas, kita dapat melihat bahwa pendidikan memang sebagai social elevator yang bisa merubah kehidupan seseorang. Tidak jarang, kita menemukan seorang anak yang orang tuanya hanya sebagai penjual siomay keliling, namun anaknya bisa menjadi dokter. Hal ini, tidak lain dikarenakan pendidikan.
Namun, saat ini banyak orang yang tidak dapat mendapatkan pendidikan, karena mahalnya biaya pendidikan. Hal ini, sebenarnya sangat disayangkan. Mengingat, pendidikan dapat mengubah keadaan sosial budaya seseorang.
Sebenarnya pendidikan bukanlah satu-satunya faktor untuk menuju perubahan sosial. Namun, dalam perubahan sosial budaya setiap faktor saling berkaitan. Antara pendidikan, adat istiadat, IPTEK dan hal yang lainnya saling berhubungan. Ketika salah satunya tidak berjalan, maka perubahan sosial itu tidak akan maksimal bahkan tidak jarang tidak berhasil.
Sebagai contoh, studi kasus diatas yang mengangkat tentang pendidikan masyarakat Baduy. Pendidikan disana sangat sulit berjalan, maksudnya pendidikan fornal. Hal ini, dikarenakan adanya adat istiadat yang begitu kuat dan sudah mengakar.
Untuk melakukan perubahannya memang tidak mudah, akan tetapi dengan cara yang bertahap bukan tidak mungkin hal tersebut bisa terjadi. Namun, kita tidak bisa menyamakan ‘kemasan’nya dengan konteks kita saat ini. Tentunya, kita harus tetap menghargai adat istiadat yang telah mereka pegang teguh. Dalam hal ini, tentunya kita hanya mencoba memberikan pemahaman akan pentingnya pendidikan formal dalam perubahan sosial dan kebutuhan hidup seseorang





DAFTAR PUSTAKA

 Saripudin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan.
Kurnia, Asep. 2010. Saatnya Baduy Bicara. Jakarta: Bumi Aksara.
Artikel pendidikan dan perubahan sosial oleh: Jamil, Elis Mardiana Penggabean, Indraprasetia, FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Garna, Y. (1993). Masyarakat Baduy di Banten, dalam Masyarakat Terasing (artikel Wikipedia)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar