1.
a) Jelaskan
definisi sosiologi pendidikan dan antropologi pendidikan ?
Jawaban :
Sosiologi merupakan gabungan dari dua kata “socius” dari bahasa latin
berarti: teman atau kawan, dan “logos”
dari bahasa Yunani berarti: kata atau berbicara. Secara umum
sosiologi dipahami sebagai kumpulan gagasan perihal kehidupan antar manusia (a body of thought about man’s inter-human
life). Menurut pendapat beberapa para ahli diantaranya sebagai
berikut :
1.
H. P. Fairchild
dalam bukunya “Dictionary of sociology” dikatakan bahwa sosiologi
pendidikan adalah sosiologi yang di terapkan untuk memecahkan masalah
pendidikan yang fundamental.
2.
Charles
A.Ellwood, Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
atau menuju untuk melahirkan maksud hubungan semua pokok-pokok masalah antara
proses pendidikan dan proses sosial.
3.
Prof. Drs.
Nasution M. A., Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu untuk lebih baik.
Secara umum,
Sosiologi pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan
antara individu dengan individu, kelompok dengan individu maupun kelompok
dengan kelompok yang saling berinteraksi satu sama lainnya di lingkungan
masyarakat serta pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan untuk
memecahkan suatu permasalahan pendidikan yang fundamental.
Antropologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai
makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi
holistic dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi
kemanusiaannya. Antropologi pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha
memahami dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis berdasarkan
konsep-konsep dan pendekatan Antropologi (Babam Suryaman dalam artikel Makalah
Sosiologi Antropologi Pendidikan ).
b) Jelaskan ruang lingkup kajian
sosiologi pendidikan dan antropologi pendidikan ?
Jawaban:
Ruang lingkup sosiologi pendidikan :
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain
dalam masyarakat meliputi
§
Fungsi pendidikan dan kebudayaan
§
Hubungan dengan system pendidikan dengan proses
control social dan system kekuasaan
§
Fungsi system pendidikan dalam proses perubahan
social dan cultural atau usaha mempertahankan status quo
§
Hubungan pendidikan dengan system tingkat atau
status social
§
Fungsi system pendidikan formal bertalian dengan
kelompok rasial, cultural dan sebagainya.
2.
Hubungan antar manusia dalam sekolah
·
Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh mana ada
perbedaan dengan kebudayaan di luar sekolah
·
Pola interaksi social atau struktur masyarakat
sekolah
3.
Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian
semua pihak di sekolah
·
Peranan social guru
·
Hakikat kepribadian guru
·
Pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak
·
Fungsi sekolah terhadap sosialisai murid
4.
Sekolah dalam masyarakat
·
Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
·
Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam
system-sistem social dalam masyarakat luar sekolah
·
Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam
pelaksanaan pendidikan
·
Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam
masyarakat yang bertalian dengan organisasi sekolah
Ruang
lingkup Antropologi pendidikan :
Shomad
(2009:3-4), menjelaskan implementasi pendidikan sebagai penyesuaian diri dengan
masyarakat, lingkungan dan kebudayaan sebagai bentuk ruang lingkup antroplogi
pendidikan berlangsung dalam proses:
1.
Proses sosialisasi
Proses ini dimulai sejak
bayi baru lahir. Bayi berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, hingga
terjadi komunikasi timbal balik dan seterusnya hingga ia tumbuh dan berkembang.
Adapun yang menjadi sorotan dalam proses sosialisasi yaitu:
-
Adanya konflik oleh
ketidakharmonisan antara keinginan pribadi, anak dengan tuntutan norma dan
aturan yang berlaku.
-
perbedaan status ekonomi
dan letak geografis
2.
Proses Enkulturasi
Enkulturasi, artinya
pembudayaan. Yang dimaksud adalah proses pembudayaan anak agar menjadi manusia
berbudaya. Dalam proses ini pranata,
yaitu sistem norma atau aturan-aturan mengenai suatu aktivitas masyarakat yang
khusus. (Koentjaraningrat,1980:164). Adapun
yang biasa menjadi kajian dalam proses ini, yaitu:
-
Perbedaan jenis kelamin.
-
Perbedaan umur atau
usia.
-
Perbedaan atau perubahan
status (inisiasi).
3.
Proses Internalisasi
Proses internalisasi yaitu
proses penerimaan dan menjadikan warisan sosial (pengetahuan budaya) sebagai
isi kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku sehari-hari selama hayat masih
dikandung badan. Dalam proses ini kita
mendapatkan adanya perbedaan pada masing-masing individu berupa perbedaan
kepribadian dan pengalaman.
c) Jelaskan apa saja tujuan dan fungsi dari sosiologi
pendidikan dan antropologi pendidikan ?
Jawaban :
Tujuan
dari sosiologi pendidikan :
Francis Brown mengemukakan bahwa "Sosiologi
pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat
dan cara individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya".
L.A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam
masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai
aspek masyarakat, misalnya: penyelidikan tentang hubungan antara masyarakat
pedesaan dengan sekolah rendah dan menengah atau meneliti fungsi sekolah
berhubungan dengan struktur sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.
Disini diusahakan menganalisis pola-pola interaksi sosial
dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang didalam
sekolah dengan kelompok-kelompok diluar sekolah.
Pendidikan dianggap sebagai badan yang sanggup
memperbaiki masyarakat dimana pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan
sosial. Sekolah dapat dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke
puncak yang setinggi-tingginya.
Sejumlah ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai
alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif dimana mencoba
mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan
kebutuhan manusia.
Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu
yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan lalu memadukannya kedalam
suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh
proses pendidikan.
Sosiologi dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam
menganalisis pendidikan, untuk memahami hubungan antar manusia didalam sekolah
dan struktur masyarakat tempat sekolah itu beroperasi. Sosiologi pendidikan
tidak hanya mempelajari masalah-masalah sosial dalam pendidikan melainkan juga
tujuan pendidikan, bahan kurikulum, pokok-pokok praktis, etis dan sebagainya.
Tiga
fungsi pokok sosiologi pendidikan :
Fungsi
eksplanasi, yaitu menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang
termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep,
proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil
dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai hasil penelitian
lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain,
serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi
yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang
baik dan akan dapat menafsirkan fenomena – fenomena yang dihadapi secara
akurat. Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media
komunikasi.
Fungsi
prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang
diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu,
tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor
internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media
komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan
pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
Fungsi utilisasi, yaitu menangani
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti
masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan,
dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan
pendidikan sendiri.
Adapun tujuan dari Antropologi pendidikan sebagai
berikut :
·
Untuk membangun
masyarakat desa.
·
Untuk memahami
budaya masyarakat
·
Untuk mengarahkan
pola atau cara berfikir yang lebih baik.
·
Untuk mengatasi
kendala keberadaan guru yang hidup didesa.
·
Untuk memberikan
arah terhadap keterbukaan dalam media massa
Fungsi dari
antropologi pendidikan memberikan pemahaman fenomena tentang semua masalah yang
ada di sekolah baik itu fungsi kebudayaan maupun fungsi tentang pendidikan yang
diresahkan oleh masyarakat. Selain itu, antropologi pendidikan memahami budaya
masyarakat dan memelihara dari kebudayaan tradisional untuk kekayaan Indonesia.
Sejauh mana Kebudayaan mampu memengaruhi pendidikan begitu pula sebaliknya,
seperti yang tadi kita katakana bahwa anatar kebudayaan dan pendidikan memiliki
interaksi yang kuat, Diharapkan pendidikan bisa menjadi salah satu unsure
kebudayaan yang bisa diterima semua pihak, begitu pula pendidikan mampu menjadi
salah satu saluran pewarisan kebudayaan.
d) Jelaskan manfaat dari sosiologi dan
antropologi pendidikan ?
Jawaban :
Adapun manfaat dari sosiologi dan
antropologi pendidikan diantaranya sebagai berikut :
Dapat melihat
dengan jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok atau
masyarakat.
·
Mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat dan
dapat melihat dunia atau budaya lain yang belum kita ketahui sebelumnya.
·
Makin memahami norma, tradisi, keyakinan, dan
nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain.
·
Makin lebih tanggap, kritis dan rasional
menghadapi gejala sosial masyarakat yang makin kompleks.
·
Antropologi menyusun etnografi – etnografi yang
memungkinkan penciptaan teori – teori tentang asal – usul agama dan
kepercayaan, asal mula keluarga dan perkawinan, asal – usul dan perilaku
negara, dan sebagainya.
·
Dengan bantuan ilmu antropologi, maka terbukalah
cakrawala pengetahuan baru bahwa segalanya berubah dan runtutan awalnya akan
berujung bukan dari kekuatan ilahiah tapi kekuatan manusia.
2.
a) Jelaskan manfaat yang didapat dari perkuliahan matkul
ini bagi anda ?
Jawaban :
Manfaat dalam perkuliahan
·
Menurut pendapat saya manfaat dari perkuliahan
ini sangat menyenangkan, kita semua bisa mengetahui konsep sosiologi dan
antropologi pendidikan di kalangan masyarakat seperti karakteristik masyarakat
dan hubungannya yang menyangkut tentang kebudayaan pendidikan. Bermanfaat juga untuk memahami hubungan antara
manusia di sekolah serta struktur masyarakat.
·
Sosiologi
pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan
saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan
kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi
pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang
terdapat dalam sistem pendidikan. Dengan mempelajari Sosiologi dan Antropologi
akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh
dunia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik
daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
·
Dapat mengetahui
berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap
kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil
inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan
masyarakatnya.
b) Jelaskan manfaat yang didapat dari metode diskusi
kelompok dengan kajian Tema sosantroppend ! bagi anda selaku mahasiswa jurdik
sejarah !
Jawaban :
Manfaat yang di
dapat dari metode diskusi kelompok
·
Bagi saya sendiri dengan cara metode diskusi
manfaatnya sangat banyak yang salah satunya bisa melatih kita berbicara lancar
dan baik di depan ruangan agar tidak grogi pada saat nanti akan mengajar di
kelas dengan para peserta didik. Tapi ada tidak menyenangkan juga karena setiap
kelompok itu berbeda kelas jadi untuk mengkoordinasi dengan kelompoknya sulit
di hubungi. Bahkan tidak mau kerja kelompok bersama-sama, jadi kita tidak tahu
kalau akan presentasi pada hari itu juga, kan kita belum persiapan apapun juga.
·
Dengan metode diskusi ini selain melatih kita
berbicara di depan juga bisa memahami materi yang akan di bahas dan bisa
melatih kita untuk menguasai materi tersebut.
3.
a) Jelaskan
mengenai konsep pendidikan dan konsep masyarakat !
Jawaban :
Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta
didik secara aktif untuk mengembangkan
potensi dirinya agar memiliki kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat Konsep pendidikan yang diterapkan oleh John Dewey
ini dikenal dengan dengan pendidikan progresifisme. Yaitu, pendidikan yang
dijalankan secara demokratis. Pada tataran praksisnya, dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah, peserta didik harus berperan aktif dalam proses belajar ataupun
dalam menentukan materi pelajaran. Fungsi pendidik lebih sebagai fasilitator
yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk berekspresi,
berdialog, berdiskusi, berpikir, berkeinginan, dan bertujuan. Selain itu,
peserta didik juga harus diberikan kebebasan dalam menentukan suatu kebenaran
yang diperoleh melalui hasil pengalaman dan eksperimen peserta didik.
Pendidik tidak bisa memaksakan kebenaran sepihak kepada
peserta didik tanpa terlebih dahulu dilakukan eksperimen atau observasi oleh
peserta didik. Sehingga kebenaran yang dihasilkan benar-benar berdasarkan kesepakatan
dari peserta didik. Selain itu, bagi Dewey, pihak sekolah
harus memberikan pendidikan yang pragmatis kepada anak didik.
Artinya, materi pendidikan yang diberikan bisa bermanfaat secara praksis
dalam kehidupan nyata. Ini berarti, pendidikan tidak perlu ditempuh dalam
waktu lama, yang terpenting adalah bagaimana anak didik melakukan kegiatan yang
menjadikan mereka bisa menyelesaikan persoalan-persolan kehidupan yang
bersifat materil.
Karenanya dalam
proses belajar, Dewey menekankan metode praktik, eksperimen, atau melakukan
permainan yang menunjang materi pelajaran. Dari
uraian di atas dapat dilihat konsep pendidikan John Dewey adalah, pendidikan
itu harus bersifat pragmatik, liberal, demokratis, empirik, evolutif, dan
ateistik.
Konsep Masyarakat
Masyrakat berasal dari bahasa arab yaitu musyarak.
Masyarakat memiliki arti sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi
tertutup atau terbuka. Masyarakat terdiri atas individu-individu yang saling
berinteraksi dan saling tergantung satu sama lain atau di sebut zoon polticon. Berikut di bawah ini adalah
beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia :
a.
Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang
menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
b. Menurut
Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi
yang merupakan anggotanya.
c. Menurut
Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif
mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
Konsep masyarakat tidak berdiri sendiri, tetapi erat
hubungannya dengan lingkungan. Hal tersebut berarti bahwa ketika seseorang
berinteraksi dengan sesamanya, maka lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi
sikap-sikap, perasaan, perlakuan dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di
lingkungannya. Misalnya : lingkungan keluarga, para remaja yang sebaya,
lingkungan kerja dan kampus. Di masimg-masing lingkungan itulah ia akan
termasuk sebagai anggota kelompoknya. Oleh karena itu, ia dapat menyertakan,
memainkan sifat dan kehendak anggota kelompoknya bahkan kadang-kadang
menciptakan, meminjam, meniru dan memperkenalkan perilaku yang berbeda dalam
masyarakat.
b) Jelaskan arti penting pendidikan bagi
masyarakat (baik yang tradisional maupun yang modern) !
Jawaban :
Karakteristik
Masyarakat Tradisional :
Terikat pada kuatnya norma dalam sistem kekerabatan, Hidup dalam dunia yang
tertutup, menggantungkan diri pada nasib, Takut atau khawatir akan masuknya hal
– hal baru, Alam dipandang sebagai hal yang dahsyat dan manusia tunduk
kepadanya, Hidup berorientasi pada masa lalu, Gaya hidup pasif, Mobilitas
masyarakat rendahMungkin mereka menganggap bahwa pendidikan
merupakan salah satu pendidikan yang tidak penting, karena pada akhirnya akan
di dapur, membantu orang tua, kerja itu bagi perempuannya sedangkan bagi
laki-laki mereka akan bekerja
mengikuti ayahnya, kalau ayahnya petani maka kebanyakan dari mereka mengikuti
jejak dari ayahnya. System pendidikan nya juga berbeda dengan di
perkotaan, mungkin di pedesaan yang masih tradisional, pendidikan mereka belum
maju seperti di pendidikan di kota. Pendidikan tradisional (konsep lama) sangat
menekankan pentingnya penguasaan bahan pelajaran. Menurut konsep ini rasio
ingatanlah yang memegang peranan penting dalam proses belajar di sekolah
(Dimyati Machmud, 1979 : 3). Pendidikan tradisional telah menjadi sistem yang
dominan di tingkat pendidikan dasar dan menengah sejak paruh kedua abak ke-19,
dan mewakili puncak pencarian elektik atas ‘satu sistem terbaik.
Ciri utama pendidikan tradisional termasuk :
-
Anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam wilayah geografis
distrik tertentu.
-
Mereka kemudian dimasukkan ke kelas-kelas yang biasanya
dibeda-bedakan berdasarkan umur
-
Anak-anak masuk sekolah di tiap tingkat menurut berapa
usia mereka pada waktu itu
-
Mereka naik kelas setiap habis satu tahun ajaran
-
Prinsip sekolah otoritarian, anak-anak diharap
menyesuaikan diri dengan tolok ukur perilaku yang sudah ada.
-
Guru memikul tanggung jawab pengajaran, berpegang pada
kurikulum yang sudah ditetapkan.
-
Sebagian besar pelajaran diarahkan oleh guru dan
berorientasi pada teks.
-
Promosi tergantung pada penilaian guru
-
Kurikulum berpusat pada subjek pendidikan.
Bahan ajar yang
paling umum tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks (Vernon Smith, dalam,
Paulo Freire, dkk, 1999 : 164-165).
Lebih lanjut menurut Vernon Smith, pendidikan
tradisional didasarkan pada beberapa asumsi yang umumnya diterima orang meski
tidak disertai bukti keandalan atau kesahihan. Paradigma pendidikan tradisional
bukan merupakan sesuatu yang salah atau kurang baik, tetapi model pendidikan
yang berkembang dan sesuai dengan zamannya, yang tentu juga memiliki kelebihan
dan kelemahan dalam memberdayakan manusia, apabila dipandang dari era modern
ini.
Karakteristik Masyarakat Modern : Mengendurnya norma dalam sistem
kekerabatan, Pola kehidupan lebih terbuka, nasib bisa dirubah, Hal – hal baru
dipandang sebagai sesuatu yang masih menantang, Alam dipandang sebagai hal yang
perlu dikuasai, Hidup berorientasi pada masa kini dan masa depan, Gaya hidup
aktif dan inovatif dan Mobilitas masyarakat tinggi (Becoming Modern :Alex
inkeles & David H.Smith, 1989)
Konsep pendidikan modern (konsep baru),
yaitu: pendidikan menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan
merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh
kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah,
pendidikan dipersyarati oleh kemampuan dan minat peserta didik, juga tepat
tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar (Dimyati Machmud,
1979 : 3). Pendidikan pada masyarakat modern atau masyarakat yang tengah
bergerak ke arah modern (modernizing), seperti masyarakat Indonesia, pada
dasarnya berfungsi memberikan kaitan antara anak didik dengan lingkungan sosial
kulturalnya yang terus berubah dengan cepat.
Shipman (1972 : 33-35) yang dikutip
Azyumardi Azra bahwa, fungsi pokok pendidikan dalam masyarakat modern yang
tengah membangun terdiri dari tiga bagian :
a.
Sosialisasi
b.
Pembelajaran (schooling), dan
c.
Pendidikan (education).
Pertama, sebagai lembaga sosialisasi, pendidikan adalah
wahana bagi integrasi anak didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional
yang dominan. Kedua, pembelajaran (schooling) mempersiapkan mereka untuk
mencapai dan menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu dan, karena itu,
pembelajaran harus dapat membekalai peserta didik dengan
kualifikasi-kualifikasi pekerjaan dan profesi yang akan membuat mereka mampu
memainkan peran sosial-ekonomis dalam masyarakat. Ketiga, pendidikan merupakan
“education” untuk menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan
memberikan sumbangan besar bagi kelanjutan program pembangunan” (Azyumardi
Azra, dalam Marwan Saridjo, 1996: 3)
Semua persoalan fundamental yang dihadapi oleh masyarakat
modern yang digambarkan di atas, “menjadi pemicu munculnya kesadaran
epistemologis baru bahwa persoalan kemanusian tidak cukup diselesaikan dengan
cara empirik rasional, tetapi perlu jawaban yang bersifat transendental”
(A.Malik Fajar, 1995 : 4). Melihat persoalam ini, maka ada peluang bagi
pendidikan Islam yang memiliki kandungan spritual keagamaan untuk menjawab
tantangan perubahan tersebut. Fritjop Capra dalam buku The Turning Point, yang
dikutip A.Malik Padjar (1995 : 4).
Menurut A. Syafi’i Ma’arif, bahwa sistem pendidikan tinggi
modern yang kini berkembang di seluruh dunia lebih merupakan pabrik doktor yang
kemudian menjadi tukang-tukang tingkat tinggi, bukan melahirkan homo sapiens.
Bangsa-bangsa Muslim pun terjebak dan terpasung dalam arus sekuler ini dalam
penyelenggaraan pendidikan tingginya. Kita belum mampu menampilkan corak
pendidikan alternatif terhadap arus besar high learning yang dominan dalam
peradaban sekuler sekarang ini. Prinsip ekonomi yang menjadikan pasar sebagai
agama baru masih sedang berada di atas angin. Manusia modern sangat tunduk
kepada agama baru ini (A.Syafi’i Ma’arif, 1997 : 7-8).
Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga
pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah
bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan sceara
besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk
mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus
dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban
untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme dan
sebagainya.
Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik,
ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat
diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar,
sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional.
Perbandingan
pendidikan tradisional dengan pendidikan modern
Pendidikan
Tradisional :
o
Guru berbicara murid menyimak.
o
One man show dimana guru menjadi satu-satunya
pelaku pendidikan
o
Tatanan bangku berurut.
o
Masih diberlakukan bentuk hukuman fisik bagi
siswa yang tidak taat.
Pendidikan Modern
:
o
Guru sebagai fasilitator.
o
Peserta didik juga pelaku pendidikan.
o
Memanfaatkan perkembangan media pembelajaran.
o
Tidak melakukan hukuman fisik.
o
Tempat pembelajaran bisa dimana saja.
c) Jelaskan hubungan yang ditimbulkan dari interaksi
pada pendidikan dengan kesenjangan dalam masyarakat !
Jawaban :
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia
yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu,
antar kelompok maupun antar individu dan kelompok. Kesenjangan yang terjadi di
Indonesia dalam pendidikan memang tidak bisa dipungkiri. Kesempatan belajar
bagi setiap anak selalu tidak sama, begitupun dengan berbagai akses yang
dimiliki mereka untuk mengenyam pendidikan yang layak sangat bermacam-macam.
Tapi mereka berhak untuk mengenyam suatu pendidikan dari mana saja tidak
memandang apakah dia seorang yang miskin atau bodoh, tetapi niat mereka yang
ingin lebih maju dalam dunia pendidikan. Memang dalam pendidikan mungkin ada
suatu interaksi yang dalam kesenjangan di suatu masyarakat berbagai
permasalahan dan keresahan yang terjadi dalam pendidikan dengan adanya biaya
pendidikan yang semakin mahal sekarang ini. Tidak semua orang bisa mengenyam
suatu pendidikan tapi pendidikan itu sangat penting agar kita tidak
dibodoh-bodohin sama orang lain.
4. Buat
analisis kenapa masyarakat selalu menyalahkan pada pendidikan dan sekolah kalau
ada kesenjangan dalam masyarakat ! contohnya maraknya kasus koperasi, tawuran,
pelajar dan anjal !
Jawaban :
Sebenarnya tidak
semua masyarakat selalu menyalahkan pendidikan, padahal itu adalah kesadaran
dari siswanya, sudah tahu nilai dan norma yang baik dan buruk tapi tetap saja
melakukan hal seperti itu misal tawuran. Padahal tawuran ini mungkin ada yang
mempengaruhi siswa tersebut sama temannya untuk membantu balas dendam. Mana ada
sekolah ingin meniru belajar seperti itu kalau menurut saya, sekolah itu kan
tempat belajar mencari ilmu untuk anak-anak mereka, sekarang ini juga itu
tergantung keadaan seseorang tersebut mau melakukan hal yang bodoh seperti itu
atau tidak. Kasus korupsi, sekarang ini banyak sekali korupsi yang dilakukan
oleh pejabat tinggi atau menteri-menteri. Sudah tahu kalau dalam agama islam
itu korupsi dosa, tetapi tetap saja melakukannya mungkin karena semua biaya
pendidikan mahal atau kebutuhan sehari-harinya kurang jadi saja korupsi seperti
itu. Misal dengan masyarakat Baduy, mereka beranggapan bahwa lebih baik tidak
sekolah tinggi-tinggi tapi akhirnya nanti akan menjerusmuskan kita sendiri dalam
hal yang kita perbuat. Mereka menganggap bahwa pendidikan itu tidak terlalu
penting tamat SD saja sudah bersyukur banget atau tamat SMP mereka bisa tahu
tentang dunia pendidikan di luar seperti apa. Oleh karena itu kebudayaan dari
luar tidak boleh masuk sembarangan di daerah Baduy, mungkin sebabnya karena itu
masyarakat yang modern hanya bisa mengotori alam yang diwahyukan oleh nabi
katanya.
5. Jelaskan
pengertian anak putus sekolah, apa penyebabnya serta bagaimana dampak anak
putus sekolah ! bagaimana fenomena anak jalanan di indonesia ? serta bagaimana
praktek bekerja sosial dengan anak dalam penanganan anak putus sekolah !
Jawaban :
Definisi anak putus sekolah
Pendidikan secara lebih luas dapat diartikan sebagai sebuah proses timbal balik
dari pribadi-pribadi manusia dalam menyesuaikan diri dengan manusia lain dan
dengan alam semesta. Sedangkan pengertian sekolah menurut WJS. Poerwodarminta
adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran. Putus sekolah diartikan sebagai Drop-Out (DO) yang
artinya bahwa seorang anak didik yang telah masuk dalam sebuah lembaga
pendidikan baik itu pada tingkat SD, SMP, maupun SMA untuk belajar dan menerina
pelajaran tetapi tidak sampai tamat atau lulus kemudian mereka berhenti atau
keluar dari sekolah.
Anak putus
sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan
perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses
tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak – hak anak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak. menurut Undang – Undang nomor 23 tahun 2002 bahwa anak
terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar, baik
kebutuhan fisik, mental, spiritual maupun sosial. Umumnya mereka berasal
dari keluarga yang ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan
latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan
hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku
negatif.
Penyebabnya serta dampak anak putus sekolah
Menurut
Departemen Pendidikan di Amerika Serikat (MC Millen Kaufman, dan Whitener,
1996) mendefinisikan bahwa anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat
menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak
tamat menyelesaikan program belajarnya. Masalah keterputusan sekolah pada anak
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya ialah:
a.
Faktor Internal
Faktor internal
yang dapat menyebabkan seseorang putus sekolah antara lain:
1.
Kemalasan
Dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk
pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar
kewajiban biaya sekola.ak dipengaruhi
oleh berbagai faktor .Ketidak mampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan
yang berdampak terhadap masalah psikologi anak sehingga anak tidak bisa
bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan dengan teman sekolahnya selain itu
adalah peranan lingkungan .
2.
Hobi Bermain
Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain
seperti play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas ,
prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali ke sekolah.
3.
Hukuman
Anak yang kena sanksi karena mangkir sekolah sehingga
kena Droup Out.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan seseorang putus sekolah
antara lain:
1.
Keadaan status
ekonomi keluarga
Dalam keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah
yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering
dilibatkan untuk membantu memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani dengan masalah ekonomi ini
sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran. Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orang
tua terpaksa bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga
pendidikan anak kurang terperhatikan dengan baik dan bahkan membantu orang tua
dalam mencukupi keperluan pokok untuk makan sehari-hari misalnya anak membantu
orang tua ke sawah, karena di anggap meringankan beban orang tua anak di ajak
ikut orang tua ke tempat kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah dalam waktu
yang cukup lama.
2.
Perhatian orang tua
Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah. Makin
besar anak perhatian orang tua makin
diperlukan , dengan cara dan variasi dan sesuai kemampuan. Kenakalan
anak adalah salah satu penyebabnya adalah
kurangnya perhatian orang tua.
3.
Hubungan orang tua yang kurang harmonis
Hubungan keluarga tidak harmonis dapat berupa perceraian orang
tua, hubungan antar keluarga tidak saling peduli, keadaan ini merupakan dasar
anak mengalami permasalahan uyang serius dan hambatan dalam pendidikannya
sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.
Latar belakang pendidikan orang
tua
Pendidikan orang tua yang hanya tamat sekolah
dasar apalagi tidak tamat sekolah dasar, hal ini sangat berpengaruh terhadap
cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan terhadap cara berpikir
orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan cara pandangan orang tua tentu tidak
sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan lebih tinggi. Latar belakang
pendidikan orang tua yang rendah merupakan suatu hal yang mempengaruhi anak
sehingga menyebabkan anak menjadi putus sekolah dalam usia sekolah. Akan tetapi
ada juga orang tua yang telah mengalami dan mengenyam pendidikan sampai ke
tingkat lanjutan dan bahkan sampai perguruan tinggi tetapi anaknya masih saja
putus sekolah, maka dalam hal ini kita perlu mengkaitkannya dengan minat anak
itu sendiri untuk sekolah, dan mengenai minat ini akan dijelaskan pada uraian
berikutnya. Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi anak dalam mencapai
suksesnya bersekolah.Pendapat keluarga yang serba kekurangan juga menyebabkan
kurangnya perhatian orang tua terhadap anak keran setiap harinya hanya memikirkan
bagaimana caranya agar keperluan keluarga bisa terpenuhi, apalagi kalau harus
meninggalkan keluarga untuk berusaha menempuh waktu berbulan-bulan bahkan kalau
sampai tahunan, hal ini tentu pendidikan anak menjadi terabaikan.
1.
Kurangnya minat
anak untuk bersekolah
Penyebabnya anak putus sekolah bukan hanya
disebabkan oleh latar belakang pendidikan orang tua, juga lemahnya ekonomi
keluarga tetapi juga datang dari dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak
untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah. Anak usia wajib belajar semestinya
menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan namun karena sudah terpengaruh
oleh lingkungan yang kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak,
sehingga minat anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana
mestinya, adapun yang menyebabkan anak kurang berminat untuk bersekolah adalah:
anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya,
juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak
kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah
sangat kurang. Lingkungan permainan anak yang salah dapat menimbulkan kemalasan untuk bersekolah.
2. Kondisi lingkungan tempat tinggal anak
Lingkungan tempat tinggal anak adalah salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kegiatan dan proses
belajar/pendidikan. Oleh sebab itu seyogyanya lingkungan tempat tinggal anak
atau lingkungan masyarakat ini dapat berperan dan ikut serta di dalam membina
kepribadian anak-anak kearah yang lebih positif.Jelasnya suasana lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan masyarakat, kawan sepergaulan, juga ikut serta
memotivasi terlaksana kegiatan belajar bagi anak.
Dampak Anak Putus Sekolah
Masalah
keterputusan sekolah bila tidak diatasi dengan baik akan sangat merugikan
lingkungan karena Anak-anak yang putus sekolah dapat mengganggu keamanan. Karena tidak ada
kegiatan yang menentu, sehingga kadang-kadang dapat menimbulkan
kelompok-kelompok pemuda liar. Anak-anak yang putus sekolah tersebut berkembang
menjadi anak nakal dengan kegiatannya yang bersifat negatif, seperti mencuri,
memakai narkoba, mabuk-mabukan, serta seks bebas. Akibat lainnya adalah
tingginya tingkat kriminalitas seperti pencurian, pemalakan, perampokan,
penipuan , merebaknya geng motor dan sebagainya. Selain itu fenomena kawin muda
juga akan terjadi pada orang-orang yang putus sekolah. Salah satu fungsi
sekolah adalah memperlambat kedewasaan, maka apabila seseorang tidak sekolah,
kedewasaan itupun akan cepat datang karena pada akhirnya mereka akan lebih
memilih untuk menikah diusia dini. Dampak lain akan terlihat dari segi ekonomi.
orang-orang yang putus sekolah atau berpendidikan rendah, akan berpenghasilan
rendah pula yang berakibat pada rendahnya pendapatan perkapita negara. Selain
itu merebak buruh kasar dikalangan masyarakat, orang-orang berbondong-bondong
jadi TKI, serta perumahan kumuh adalah dampak lain dari putus pendidikan yang
dapat kita temui di negeri yang konon “bukan lautan tapi kolam susu” ini.
Dengan pendidikan
yang rendah pula, banyak diantara mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan alias
kaum pengangguran dan mereka merupakan tenaga kerja yang tidak terlatih.
Sedangkan masalah pengangguran ini di negara kita merupakan masalah yang sudah
sedemikian hebatnya, hingga merupakan suatu hal yang harus ditangani lebih
serius. Produktifitas anak putus sekolah
dalam pembangunan tidak seluruhnya dapat mereka kembangkan, padahal semua
anakindonesia memiliki potensi untuk maju.
Fenomena anak jalanan di Indonesia
Jumlah penduduk
Indonesia yang semakin banyak, mahalnya pendidikan di era zaman modern ini
mengakibatkan masyarakat yang tidak mampu tidak bisa melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi lagi kemudian lapangan pekerjaan yang semakin susah untuk
anak lulusan SD, SMP maupun SMA, dan ini mengakibatkan terjadi pengangguran di
lingkungan masyarakat dimanapun. Sehingga terpaksa mau tidak harus turun ke
jalanan untuk mencari uang supaya bisa menghidupi keluarga mereka untuk sehari-hari
baik itu dengan cara mengamen, mengemis, dan lain-lainnya. Mereka berjuang
keras menjalani kehidupan diluaran sana, bekerja sampai malam hanya untuk
mencari sesuap nasi. Ada beberapa motif sehingga mereka turun ke jalanan sebagai berikut:
-
motif semata-mata menopang kehidupan ekonomi keluarga
-
motif untuk mencari kompensasi dari kurangnya perhatian
keluarga
-
motif sekedar mencari tambahan uang saku
Motif tipe pertama,
anak jalanan pergi ke jalan karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil dan
terancam kelangsungannya sedangkan mereka diposisikan sebagai tulang punggung
keluarga. Umumnya ini terjadi pada anak jalanan dengan keluarga yang mengalami
disharmoni dan tidak memiliki sumber-sumber ekonomi yang dapat mendukung,
sehingga mereka harus ke jalan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Anak
jalanan dengan motif seperti ini umumnya membelanjakan penghasilannya hanya
untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga.
Motif tipe kedua,
anak pergi ke jalan sebagai kompensasi dari tidak terpenuhinya kesejahteraa
anak di rumah. Dalam penelitian ini anak jalanan yang ditemukan dengan motif
tipe kedua ini berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup baik.
Akan tetapi karena terjadi disharmoni di dalam keluarga dan terabaikannya
fungsi yang seharusnya diperankan orang tua (perhatian, kasih sayang dan
bimbingan) mereka kurang mendapat kesejahteraanya, terutama dari aspek
emosional, secara baik. Kasus ini sekali lagi menegaskan bahwa kualitas rumah
tangga memiliki peranan besar dalam mem-berikan dan memenuhi kesejahteraan
anak. Terpenuhinya aspek ekonomi saja bukan jaminan anak sejahtera. Pada
keluarga yang pecah atau tidak utuh, baik yang disebabkan oleh perceraian atau
meninggalnya salah satu atau kedua orang tua akan memberikan akibat bagi anak
berupa:
-
Kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan
pendidikan orang tua
-
Kebutuhan dan harapan tidak terpenuhi
-
Tidak mendapat latihan fisik dan mental
Sebagai akibat
ketiga bentuk pengabaian tersebut anak dapat menjadi bingung, risau, sedih,
atau malu. Bahkan kadang diliputi rasa dendam dan benci sehingga kemudian
mereka menjadi liar dan mencari kompensasi diluar lingkungan keluarga. Mereka
mulai sering menghilang dari rumah dan lebih suka menggelandang mencari
kesenangan hidup imaginer di tempat-tempat lain. Motif tipe yang ketiga, yaitu
sekedar mencari tambahan unag saku. Pada kondisi ini, secara relatif kebutuhan
primer anak telah terpenuhi. Namun demikian mereka memiliki inisiatif sendiri
untuk mencari tambahan uang saku di jalan. Umumnya mereka berasal dari keluarga
dengan status ekonomi menengah ke bawah. Mayoritas anak jalanan dengan motif
seperti ini memilih pekerjaan sebagai pedagang koran dan pedagang kantong
plastik.
Praktek bekerja sosial dengan anak dalam penanganan anak putus sekolah
Persoalan putus sekolah
merupakan tantangan bagi pekerja sosial. Praktek untuk anak jalanan
disana banyak sekali hambatan dan rintangan yang dihadapi oleh mereka. Mereka
harus menghadapi kekejaman diluar sana, begitupun dengan anak-anak, seharusnya
mereka belajar pada malam hari, malah mereka pergi kejalan untuk mencari uang,
begitupun dengan siang harinya seharusnya mereka sekolah seperti anak-anak yang
lainnya. Begitu tragisnya anak-anak jalanan yang ada disana, mereka harus
menafkahi keluarganya untuk makan. Tapi mereka sangatlah tegar menghadapi
kehidupan didunia ini yang sangat kejam sekali, mereka juga harus berinteraksi
dengan temna-teman sebaya dan senasib mereka, saling duka dan senang sama-sama.
Data dari susenas
menyebutkan ratusan ribu pelajar terancam putus sekolah, mereka berasal dari
keluarga miskin. Anak usia sekolah dari keluarga miskin inilah yang potensial
keluar dari bangku sekolah sebelum mengantongi ijazah. Dua solusi untuk menolong anak putus sekolah yang
tidak mampu yang baik adalah Membangun sekolah rakyat yang baik diperuntukkan bagi anak terlantar dan
tidak mampu. Tidak dipungut biaya apa pun dikarenakan ketidaksanggupan
membiayainya karena kemiskinan di mana pendirian sekolah tersebut seluruhnya
ditanggung pemerintah setempat. Pemerintah setempat memiliki kewajiban
melindungi dengan sikap tegas. Sekolah rakyat tersebut disetarakan dengan SD,
SMP, SMA, dan Universitas yang berkualitas. Jika negara dan
pemerintah setempat tidak sanggup membiayai pembangunan sekolah bahkan yang
sederhana sekali pun, kita, terutama warga negara yang memiliki uang gaji
berlebih seharusnya memberikan sebagian uangnya kepada anak miskin untuk
bersekolah.
Sumber buku
Saripudin, Didin, dkk. (2008). Masyarakat
dan Pendidikan (Perspektif Sosiologi). Pahang Malaysia: Yayasan Istana
Abdulaziz
Saripudin, Didin, dkk. (2010). Interprestasi
Sosiologi dalam Pendidikan. Bandung: Karya Putra Darwati.
Sumber internet
Aida, Siti. (____). _____. Tersedia: [online] http://sitiaidamakalah.blogspot.com/
[15 Juni 2012].
Armanto, Rahayu Dyah. (_____). Fungsi
Sosiologi Pendidikan. Tersedia: [online] http://dyahrahayuarmanto.wordpress.com/tag/fungsi-sosiologi-pendidikan/
[15 Juni 2012]
Karno. (2011). Ruang Lingkup
Sosiologi Pendidikan. Tersedia : [online] http://mbahkarno.blogspot.com/2011/10/ruang-lingkup-sosiologi-pendidikan.html
[13 Juni 2012]
_____. (2010). Ruang Lingkup
Antropologi Pendidikan. Tersedia: [online] http://atropologi.blogspot.com/2010/07/ruang-lingkup-antropologi-pendidikan.html
[14 Juni 2012]
Sentirpitu.(2012). Mentalitas
Pembangunan Masyarakat. Tersedia: [online] http://sentirpitu.wordpress.com/2012/04/10/mentalitas-pembangunan-masyarakat/
[14 Juni 2012]
Surudin. (___). _____. Tersedia: [online] http://surudin.wordpress.com/ [14 Juni
2012]
Uvri. (2011). Pendidikan dan
Ilmu-Ilmu Antropologi. Tersedia: [online]
http://uvricampuzkuninq.blogspot.com/2011/12/pendidikan-dan-ilmu-ilmu-antropologi.html
[15 Juni 2012]
Zhalabe. (2011). Tujuan Sosiologi
Pendidikan. Tersedia: [online] http://zhalabe.blogspot.com/2011/11/tujuan-sosiologi-pendidikan.html#.T9lZfZheJ7I
[15 Juni 2012]
______. (____). Anak Putus
Sekolah. Tersedia [online ]http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/anak-putus-sekolah.html
[15 Juni 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar