Jumat, 27 Desember 2013

Uas Sosiologi Pendidikan


1.        a)   Jelaskan definisi sosiologi pendidikan dan antropologi pendidikan ?
Jawaban :
Sosiologi merupakan gabungan dari dua kata “socius” dari bahasa latin berarti: teman atau kawan, dan “logos” dari bahasa Yunani berarti: kata atau berbicara. Secara umum sosiologi dipahami sebagai kumpulan gagasan perihal kehidupan antar manusia (a body of thought about man’s inter-human life). Menurut pendapat beberapa para ahli diantaranya sebagai berikut :
1.      H. P. Fairchild dalam bukunya “Dictionary of sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang di terapkan untuk memecahkan masalah pendidikan yang fundamental.
2.      Charles A.Ellwood, Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau menuju untuk melahirkan maksud hubungan semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
3.      Prof. Drs. Nasution M. A., Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu untuk lebih baik.
Secara umum, Sosiologi pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, kelompok dengan individu maupun kelompok dengan kelompok yang saling berinteraksi satu sama lainnya di lingkungan masyarakat serta pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan untuk memecahkan suatu permasalahan pendidikan yang fundamental.
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistic dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Antropologi pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan Antropologi (Babam Suryaman dalam artikel Makalah Sosiologi Antropologi Pendidikan ).
b) Jelaskan ruang lingkup kajian sosiologi pendidikan dan antropologi      pendidikan ?
Jawaban:
Ruang lingkup sosiologi pendidikan :
1.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat meliputi
§  Fungsi pendidikan dan kebudayaan
§  Hubungan dengan system pendidikan dengan proses control social dan system kekuasaan
§  Fungsi system pendidikan dalam proses perubahan social dan cultural atau usaha mempertahankan status quo
§  Hubungan pendidikan dengan system tingkat atau status social
§  Fungsi system pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, cultural dan sebagainya.
2.      Hubungan antar manusia dalam sekolah
·      Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh mana ada perbedaan dengan kebudayaan di luar sekolah
·      Pola interaksi social atau struktur masyarakat sekolah
3.      Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah
·      Peranan social guru
·      Hakikat kepribadian guru
·      Pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak
·      Fungsi sekolah terhadap sosialisai murid
4.      Sekolah dalam masyarakat
·      Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
·      Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam system-sistem social dalam masyarakat luar sekolah
·      Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
·      Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi sekolah
Ruang lingkup Antropologi pendidikan :
Shomad (2009:3-4), menjelaskan implementasi pendidikan sebagai penyesuaian diri dengan masyarakat, lingkungan dan kebudayaan sebagai bentuk ruang lingkup antroplogi pendidikan berlangsung dalam proses:
1.      Proses sosialisasi
Proses ini dimulai sejak bayi baru lahir. Bayi berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, hingga terjadi komunikasi timbal balik dan seterusnya hingga ia tumbuh dan berkembang. Adapun yang menjadi sorotan dalam proses sosialisasi yaitu:
-          Adanya konflik oleh ketidakharmonisan antara keinginan pribadi, anak dengan tuntutan norma dan aturan yang berlaku.
-          perbedaan status ekonomi dan letak geografis
2.      Proses Enkulturasi
Enkulturasi, artinya pembudayaan. Yang dimaksud adalah proses pembudayaan anak agar menjadi manusia berbudaya. Dalam proses ini pranata, yaitu sistem norma atau aturan-aturan mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus. (Koentjaraningrat,1980:164). Adapun yang biasa menjadi kajian dalam proses ini, yaitu:
-          Perbedaan jenis kelamin.
-          Perbedaan umur atau usia.
-          Perbedaan atau perubahan status (inisiasi).
3.      Proses Internalisasi
Proses internalisasi yaitu proses penerimaan dan menjadikan warisan sosial (pengetahuan budaya) sebagai isi kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku sehari-hari selama hayat masih dikandung badan. Dalam proses ini kita mendapatkan adanya perbedaan pada masing-masing individu berupa perbedaan kepribadian dan pengalaman.
c) Jelaskan apa saja tujuan dan fungsi dari sosiologi pendidikan dan antropologi pendidikan ?
Jawaban :       
Tujuan dari sosiologi pendidikan :
Francis Brown mengemukakan bahwa "Sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya".
L.A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, misalnya: penyelidikan tentang hubungan antara masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah dan menengah atau meneliti fungsi sekolah berhubungan dengan struktur sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.
Disini diusahakan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang didalam sekolah dengan kelompok-kelompok diluar sekolah.
Pendidikan dianggap sebagai badan yang sanggup memperbaiki masyarakat dimana pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan sosial. Sekolah dapat dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.
Sejumlah ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif dimana mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.
Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan lalu memadukannya kedalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.
Sosiologi dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam menganalisis pendidikan, untuk memahami hubungan antar manusia didalam sekolah dan struktur masyarakat tempat sekolah itu beroperasi. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah-masalah sosial dalam pendidikan melainkan juga tujuan pendidikan, bahan kurikulum, pokok-pokok praktis, etis dan sebagainya.
Tiga fungsi pokok sosiologi pendidikan :
Fungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat menafsirkan fenomena – fenomena yang dihadapi secara akurat. Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi.
Fungsi prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan  itu, tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
Fungsi utilisasi, yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri.
Adapun tujuan dari Antropologi pendidikan sebagai berikut :
·      Untuk membangun masyarakat desa.
·      Untuk memahami budaya masyarakat
·      Untuk mengarahkan pola atau cara berfikir yang lebih baik.
·      Untuk mengatasi kendala keberadaan guru yang hidup didesa.
·      Untuk memberikan arah terhadap keterbukaan dalam media massa
Fungsi dari antropologi pendidikan memberikan pemahaman fenomena tentang semua masalah yang ada di sekolah baik itu fungsi kebudayaan maupun fungsi tentang pendidikan yang diresahkan oleh masyarakat. Selain itu, antropologi pendidikan memahami budaya masyarakat dan memelihara dari kebudayaan tradisional untuk kekayaan Indonesia. Sejauh mana Kebudayaan mampu memengaruhi pendidikan begitu pula sebaliknya, seperti yang tadi kita katakana bahwa anatar kebudayaan dan pendidikan memiliki interaksi yang kuat, Diharapkan pendidikan bisa menjadi salah satu unsure kebudayaan yang bisa diterima semua pihak, begitu pula pendidikan mampu menjadi salah satu saluran pewarisan kebudayaan.
d)  Jelaskan manfaat dari sosiologi dan antropologi pendidikan ?
Jawaban :
Adapun manfaat dari sosiologi dan antropologi pendidikan diantaranya sebagai berikut :
Dapat melihat dengan jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok atau masyarakat.
·         Mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat dan dapat melihat dunia atau budaya lain yang belum kita ketahui sebelumnya.
·         Makin memahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain.
·         Makin lebih tanggap, kritis dan rasional menghadapi gejala sosial masyarakat yang makin kompleks.
·         Antropologi menyusun etnografi – etnografi yang memungkinkan penciptaan teori – teori tentang asal – usul agama dan kepercayaan, asal mula keluarga dan perkawinan, asal – usul dan perilaku negara, dan sebagainya.
·         Dengan bantuan ilmu antropologi, maka terbukalah cakrawala pengetahuan baru bahwa segalanya berubah dan runtutan awalnya akan berujung bukan dari kekuatan ilahiah tapi kekuatan manusia.
2.      a)   Jelaskan  manfaat yang didapat dari perkuliahan matkul ini bagi anda ?
Jawaban :
Manfaat dalam perkuliahan  
·      Menurut pendapat saya manfaat dari perkuliahan ini sangat menyenangkan, kita semua bisa mengetahui konsep sosiologi dan antropologi pendidikan di kalangan masyarakat seperti karakteristik masyarakat dan hubungannya yang menyangkut tentang kebudayaan pendidikan. Bermanfaat juga untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat.
·      Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan. Dengan mempelajari Sosiologi dan Antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
·      Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
b) Jelaskan manfaat yang didapat dari metode diskusi kelompok dengan kajian Tema sosantroppend ! bagi anda selaku mahasiswa jurdik sejarah !
Jawaban :
Manfaat yang di dapat dari metode diskusi kelompok
·      Bagi saya sendiri dengan cara metode diskusi manfaatnya sangat banyak yang salah satunya bisa melatih kita berbicara lancar dan baik di depan ruangan agar tidak grogi pada saat nanti akan mengajar di kelas dengan para peserta didik. Tapi ada tidak menyenangkan juga karena setiap kelompok itu berbeda kelas jadi untuk mengkoordinasi dengan kelompoknya sulit di hubungi. Bahkan tidak mau kerja kelompok bersama-sama, jadi kita tidak tahu kalau akan presentasi pada hari itu juga, kan kita belum persiapan apapun juga.  
·      Dengan metode diskusi ini selain melatih kita berbicara di depan juga bisa memahami materi yang akan di bahas dan bisa melatih kita untuk menguasai materi tersebut.
3.      a)   Jelaskan mengenai konsep pendidikan dan konsep masyarakat !
Jawaban :
Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat Konsep pendidikan yang diterapkan oleh John Dewey ini dikenal dengan dengan pendidikan progresifisme. Yaitu, pendidikan yang dijalankan secara demokratis. Pada tataran praksisnya, dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, peserta didik harus berperan aktif dalam proses belajar ataupun dalam menentukan materi pelajaran. Fungsi pendidik lebih sebagai fasilitator yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk berekspresi, berdialog, berdiskusi, berpikir, berkeinginan, dan bertujuan. Selain itu, peserta didik juga harus diberikan kebebas­an dalam menentukan suatu kebenaran yang diperoleh mela­lui hasil pengalaman dan eksperimen peserta didik.
Pendidik tidak bisa memaksakan kebenaran sepihak kepada peserta didik tanpa terlebih dahulu dilakukan eksperimen atau observasi oleh peserta didik. Sehingga kebenaran yang dihasilkan benar-benar berdasarkan ke­sepakatan dari peserta didik. Selain itu, bagi Dewey, pihak sekolah harus  mem­beri­­­kan pendidikan yang pragmatis kepada anak didik. Arti­­­nya, materi pendidikan yang diberikan bisa bermanfaat se­cara praksis dalam kehidupan nyata. Ini berarti, pendidik­an tidak perlu ditempuh dalam waktu lama, yang terpenting adalah bagaimana anak didik melakukan kegiatan yang menjadikan mereka bisa menyelesaikan persoalan-per­solan kehidupan yang bersifat materil.
Karenanya dalam proses belajar, Dewey menekankan metode praktik, eksperimen, atau melakukan permainan yang menunjang materi pelajaran. Dari uraian di atas dapat dilihat konsep pendidikan John Dewey adalah, pendidikan itu harus bersifat pragmatik, liberal, demokratis, empirik, evolutif, dan ateistik.
Konsep Masyarakat
Masyrakat berasal dari bahasa arab yaitu musyarak. Masyarakat memiliki arti sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau terbuka. Masyarakat terdiri atas individu-individu yang saling berinteraksi dan saling tergantung satu sama lain atau di sebut zoon polticon. Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia :
a.       Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
b.      Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
c.       Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
Konsep masyarakat tidak berdiri sendiri, tetapi erat hubungannya dengan lingkungan. Hal tersebut berarti bahwa ketika seseorang berinteraksi dengan sesamanya, maka lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi sikap-sikap, perasaan, perlakuan dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungannya. Misalnya : lingkungan keluarga, para remaja yang sebaya, lingkungan kerja dan kampus. Di masimg-masing lingkungan itulah ia akan termasuk sebagai anggota kelompoknya. Oleh karena itu, ia dapat menyertakan, memainkan sifat dan kehendak anggota kelompoknya bahkan kadang-kadang menciptakan, meminjam, meniru dan memperkenalkan perilaku yang berbeda dalam masyarakat.
b)  Jelaskan arti penting pendidikan bagi masyarakat (baik yang tradisional maupun yang modern) !
Jawaban :
Karakteristik Masyarakat Tradisional : Terikat pada kuatnya norma dalam sistem kekerabatan, Hidup dalam dunia yang tertutup, menggantungkan diri pada nasib, Takut atau khawatir akan masuknya hal – hal baru, Alam dipandang sebagai hal yang dahsyat dan manusia tunduk kepadanya, Hidup berorientasi pada masa lalu, Gaya hidup pasif, Mobilitas masyarakat rendahMungkin mereka menganggap bahwa pendidikan merupakan salah satu pendidikan yang tidak penting, karena pada akhirnya akan di dapur, membantu orang tua, kerja itu bagi perempuannya sedangkan bagi laki-laki mereka akan bekerja mengikuti ayahnya, kalau ayahnya petani maka kebanyakan dari mereka mengikuti jejak dari ayahnya. System pendidikan nya juga berbeda dengan di perkotaan, mungkin di pedesaan yang masih tradisional, pendidikan mereka belum maju seperti di pendidikan di kota. Pendidikan tradisional (konsep lama) sangat menekankan pentingnya penguasaan bahan pelajaran. Menurut konsep ini rasio ingatanlah yang memegang peranan penting dalam proses belajar di sekolah (Dimyati Machmud, 1979 : 3). Pendidikan tradisional telah menjadi sistem yang dominan di tingkat pendidikan dasar dan menengah sejak paruh kedua abak ke-19, dan mewakili puncak pencarian elektik atas ‘satu sistem terbaik.
 Ciri utama pendidikan tradisional termasuk :
-    Anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam wilayah geografis distrik tertentu.
-    Mereka kemudian dimasukkan ke kelas-kelas yang biasanya dibeda-bedakan berdasarkan umur
-    Anak-anak masuk sekolah di tiap tingkat menurut berapa usia mereka pada waktu itu
-    Mereka naik kelas setiap habis satu tahun ajaran
-    Prinsip sekolah otoritarian, anak-anak diharap menyesuaikan diri dengan tolok ukur perilaku yang sudah ada.
-    Guru memikul tanggung jawab pengajaran, berpegang pada kurikulum yang sudah ditetapkan.
-    Sebagian besar pelajaran diarahkan oleh guru dan berorientasi pada teks.
-    Promosi tergantung pada penilaian guru
-    Kurikulum berpusat pada subjek pendidikan.
Bahan ajar yang paling umum tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks (Vernon Smith, dalam, Paulo Freire, dkk, 1999 : 164-165).
Lebih lanjut menurut Vernon Smith, pendidikan tradisional didasarkan pada beberapa asumsi yang umumnya diterima orang meski tidak disertai bukti keandalan atau kesahihan. Paradigma pendidikan tradisional bukan merupakan sesuatu yang salah atau kurang baik, tetapi model pendidikan yang berkembang dan sesuai dengan zamannya, yang tentu juga memiliki kelebihan dan kelemahan dalam memberdayakan manusia, apabila dipandang dari era modern ini.
Karakteristik Masyarakat Modern : Mengendurnya norma dalam sistem kekerabatan, Pola kehidupan lebih terbuka, nasib bisa dirubah, Hal – hal baru dipandang sebagai sesuatu yang masih menantang, Alam dipandang sebagai hal yang perlu dikuasai, Hidup berorientasi pada masa kini dan masa depan, Gaya hidup aktif dan inovatif dan Mobilitas masyarakat tinggi (Becoming Modern :Alex inkeles & David H.Smith, 1989)
Konsep pendidikan modern (konsep baru), yaitu: pendidikan menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah, pendidikan dipersyarati oleh kemampuan dan minat peserta didik, juga tepat tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar (Dimyati Machmud, 1979 : 3). Pendidikan pada masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak ke arah modern (modernizing), seperti masyarakat Indonesia, pada dasarnya berfungsi memberikan kaitan antara anak didik dengan lingkungan sosial kulturalnya yang terus berubah dengan cepat.
Shipman (1972 : 33-35) yang dikutip Azyumardi Azra bahwa, fungsi pokok pendidikan dalam masyarakat modern yang tengah membangun terdiri dari tiga bagian :
a.       Sosialisasi
b.      Pembelajaran (schooling), dan
c.       Pendidikan (education).
Pertama, sebagai lembaga sosialisasi, pendidikan adalah wahana bagi integrasi anak didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan. Kedua, pembelajaran (schooling) mempersiapkan mereka untuk mencapai dan menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu dan, karena itu, pembelajaran harus dapat membekalai peserta didik dengan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan dan profesi yang akan membuat mereka mampu memainkan peran sosial-ekonomis dalam masyarakat. Ketiga, pendidikan merupakan “education” untuk menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan besar bagi kelanjutan program pembangunan” (Azyumardi Azra, dalam Marwan Saridjo, 1996: 3)
Semua persoalan fundamental yang dihadapi oleh masyarakat modern yang digambarkan di atas, “menjadi pemicu munculnya kesadaran epistemologis baru bahwa persoalan kemanusian tidak cukup diselesaikan dengan cara empirik rasional, tetapi perlu jawaban yang bersifat transendental” (A.Malik Fajar, 1995 : 4). Melihat persoalam ini, maka ada peluang bagi pendidikan Islam yang memiliki kandungan spritual keagamaan untuk menjawab tantangan perubahan tersebut. Fritjop Capra dalam buku The Turning Point, yang dikutip A.Malik Padjar (1995 : 4).
Menurut A. Syafi’i Ma’arif, bahwa sistem pendidikan tinggi modern yang kini berkembang di seluruh dunia lebih merupakan pabrik doktor yang kemudian menjadi tukang-tukang tingkat tinggi, bukan melahirkan homo sapiens. Bangsa-bangsa Muslim pun terjebak dan terpasung dalam arus sekuler ini dalam penyelenggaraan pendidikan tingginya. Kita belum mampu menampilkan corak pendidikan alternatif terhadap arus besar high learning yang dominan dalam peradaban sekuler sekarang ini. Prinsip ekonomi yang menjadikan pasar sebagai agama baru masih sedang berada di atas angin. Manusia modern sangat tunduk kepada agama baru ini (A.Syafi’i Ma’arif, 1997 : 7-8).
Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme dan sebagainya.
Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Perbandingan pendidikan tradisional dengan pendidikan modern
Pendidikan Tradisional :
o   Guru berbicara murid menyimak.
o   One man show dimana guru menjadi satu-satunya pelaku pendidikan
o   Tatanan bangku berurut.
o   Masih diberlakukan bentuk hukuman fisik bagi siswa yang tidak taat.
Pendidikan Modern :
o   Guru sebagai fasilitator.
o   Peserta didik juga pelaku pendidikan.
o   Memanfaatkan perkembangan media pembelajaran.
o   Tidak melakukan hukuman fisik.
o   Tempat pembelajaran bisa dimana saja.
c) Jelaskan hubungan yang ditimbulkan dari interaksi pada pendidikan dengan kesenjangan dalam masyarakat !
Jawaban :
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar individu dan kelompok. Kesenjangan yang terjadi di Indonesia dalam pendidikan memang tidak bisa dipungkiri. Kesempatan belajar bagi setiap anak selalu tidak sama, begitupun dengan berbagai akses yang dimiliki mereka untuk mengenyam pendidikan yang layak sangat bermacam-macam. Tapi mereka berhak untuk mengenyam suatu pendidikan dari mana saja tidak memandang apakah dia seorang yang miskin atau bodoh, tetapi niat mereka yang ingin lebih maju dalam dunia pendidikan. Memang dalam pendidikan mungkin ada suatu interaksi yang dalam kesenjangan di suatu masyarakat berbagai permasalahan dan keresahan yang terjadi dalam pendidikan dengan adanya biaya pendidikan yang semakin mahal sekarang ini. Tidak semua orang bisa mengenyam suatu pendidikan tapi pendidikan itu sangat penting agar kita tidak dibodoh-bodohin sama orang lain.
4. Buat analisis kenapa masyarakat selalu menyalahkan pada pendidikan dan sekolah kalau ada kesenjangan dalam masyarakat ! contohnya maraknya kasus koperasi, tawuran, pelajar dan anjal !
Jawaban :
Sebenarnya tidak semua masyarakat selalu menyalahkan pendidikan, padahal itu adalah kesadaran dari siswanya, sudah tahu nilai dan norma yang baik dan buruk tapi tetap saja melakukan hal seperti itu misal tawuran. Padahal tawuran ini mungkin ada yang mempengaruhi siswa tersebut sama temannya untuk membantu balas dendam. Mana ada sekolah ingin meniru belajar seperti itu kalau menurut saya, sekolah itu kan tempat belajar mencari ilmu untuk anak-anak mereka, sekarang ini juga itu tergantung keadaan seseorang tersebut mau melakukan hal yang bodoh seperti itu atau tidak. Kasus korupsi, sekarang ini banyak sekali korupsi yang dilakukan oleh pejabat tinggi atau menteri-menteri. Sudah tahu kalau dalam agama islam itu korupsi dosa, tetapi tetap saja melakukannya mungkin karena semua biaya pendidikan mahal atau kebutuhan sehari-harinya kurang jadi saja korupsi seperti itu. Misal dengan masyarakat Baduy, mereka beranggapan bahwa lebih baik tidak sekolah tinggi-tinggi tapi akhirnya nanti akan menjerusmuskan kita sendiri dalam hal yang kita perbuat. Mereka menganggap bahwa pendidikan itu tidak terlalu penting tamat SD saja sudah bersyukur banget atau tamat SMP mereka bisa tahu tentang dunia pendidikan di luar seperti apa. Oleh karena itu kebudayaan dari luar tidak boleh masuk sembarangan di daerah Baduy, mungkin sebabnya karena itu masyarakat yang modern hanya bisa mengotori alam yang diwahyukan oleh nabi katanya.
5. Jelaskan pengertian anak putus sekolah, apa penyebabnya serta bagaimana dampak anak putus sekolah ! bagaimana fenomena anak jalanan di indonesia ? serta bagaimana praktek bekerja sosial dengan anak dalam penanganan anak putus sekolah !
Jawaban : 
Definisi anak putus sekolah
Pendidikan secara lebih luas dapat  diartikan sebagai sebuah proses timbal balik dari pribadi-pribadi manusia dalam menyesuaikan diri dengan manusia lain dan dengan alam semesta. Sedangkan pengertian sekolah menurut WJS. Poerwodarminta adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran. Putus sekolah diartikan sebagai Drop-Out (DO) yang artinya bahwa seorang anak didik yang telah masuk dalam sebuah lembaga pendidikan baik itu pada tingkat SD, SMP, maupun SMA untuk belajar dan menerina pelajaran tetapi tidak sampai tamat atau lulus kemudian mereka berhenti atau keluar dari sekolah.
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak – hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. menurut Undang – Undang nomor 23 tahun 2002 bahwa anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental, spiritual maupun sosial. Umumnya mereka berasal dari keluarga yang ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.
Penyebabnya serta dampak anak putus sekolah
Menurut Departemen Pendidikan di Amerika Serikat (MC Millen Kaufman, dan Whitener, 1996) mendefinisikan bahwa anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya. Masalah keterputusan sekolah pada anak disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya ialah:
a.    Faktor Internal
Faktor internal yang dapat menyebabkan seseorang putus sekolah antara lain:
1.      Kemalasan
Dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar kewajiban  biaya sekola.ak dipengaruhi oleh berbagai faktor .Ketidak mampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan yang berdampak terhadap masalah psikologi anak sehingga anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan dengan teman sekolahnya selain itu adalah peranan lingkungan .
2.      Hobi Bermain
Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas , prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali ke sekolah.
3.      Hukuman
Anak yang kena sanksi karena mangkir sekolah sehingga kena Droup Out.
b.   Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan seseorang putus sekolah antara lain:
1.       Keadaan status ekonomi keluarga
Dalam keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering dilibatkan  untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani dengan masalah ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran. Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orang tua terpaksa bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga pendidikan anak kurang terperhatikan dengan baik dan bahkan membantu orang tua dalam mencukupi keperluan pokok untuk makan sehari-hari misalnya anak membantu orang tua ke sawah, karena di anggap meringankan beban orang tua anak di ajak ikut orang tua ke tempat kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama.
2.  Perhatian orang tua
Kurangnya perhatian orang tua cenderung  akan menimbulkan berbagai masalah. Makin besar anak perhatian orang tua makin  diperlukan , dengan cara dan variasi dan sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu penyebabnya adalah  kurangnya perhatian orang tua.
3.   Hubungan orang tua yang kurang harmonis
Hubungan keluarga tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan antar keluarga tidak saling peduli, keadaan ini merupakan dasar anak mengalami permasalahan uyang serius dan hambatan dalam pendidikannya sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.
Latar belakang pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua yang hanya tamat sekolah dasar apalagi tidak tamat sekolah dasar, hal ini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan cara pandangan orang tua tentu tidak sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan lebih tinggi. Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah merupakan suatu hal yang mempengaruhi anak sehingga menyebabkan anak menjadi putus sekolah dalam usia sekolah. Akan tetapi ada juga orang tua yang telah mengalami dan mengenyam pendidikan sampai ke tingkat lanjutan dan bahkan sampai perguruan tinggi tetapi anaknya masih saja putus sekolah, maka dalam hal ini kita perlu mengkaitkannya dengan minat anak itu sendiri untuk sekolah, dan mengenai minat ini akan dijelaskan pada uraian berikutnya. Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi anak dalam mencapai suksesnya bersekolah.Pendapat keluarga yang serba kekurangan juga menyebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak keran setiap harinya hanya memikirkan bagaimana caranya agar keperluan keluarga bisa terpenuhi, apalagi kalau harus meninggalkan keluarga untuk berusaha menempuh waktu berbulan-bulan bahkan kalau sampai tahunan, hal ini tentu pendidikan anak menjadi terabaikan.
1.      Kurangnya minat anak untuk bersekolah
Penyebabnya anak putus sekolah bukan hanya disebabkan oleh latar belakang pendidikan orang tua, juga lemahnya ekonomi keluarga tetapi juga datang dari dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah. Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya, adapun yang menyebabkan anak kurang berminat untuk bersekolah adalah: anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang. Lingkungan permainan anak yang salah dapat  menimbulkan kemalasan untuk bersekolah.
2.      Kondisi lingkungan tempat tinggal anak
Lingkungan tempat tinggal anak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kegiatan dan proses belajar/pendidikan. Oleh sebab itu seyogyanya lingkungan tempat tinggal anak atau lingkungan masyarakat ini dapat berperan dan ikut serta di dalam membina kepribadian anak-anak kearah yang lebih positif.Jelasnya suasana lingkungan tempat tinggal atau lingkungan masyarakat, kawan sepergaulan, juga ikut serta memotivasi terlaksana kegiatan belajar bagi anak.
Dampak Anak Putus Sekolah
Masalah keterputusan sekolah bila tidak diatasi dengan baik akan sangat merugikan lingkungan karena Anak-anak yang putus sekolah dapat  mengganggu keamanan. Karena tidak ada kegiatan yang menentu, sehingga kadang-kadang dapat menimbulkan kelompok-kelompok pemuda liar. Anak-anak yang putus sekolah tersebut berkembang menjadi anak nakal dengan kegiatannya yang bersifat negatif, seperti mencuri, memakai narkoba, mabuk-mabukan, serta seks bebas. Akibat lainnya adalah tingginya tingkat kriminalitas seperti pencurian, pemalakan, perampokan, penipuan , merebaknya geng motor dan sebagainya. Selain itu fenomena kawin muda juga akan terjadi pada orang-orang yang putus sekolah. Salah satu fungsi sekolah adalah memperlambat kedewasaan, maka apabila seseorang tidak sekolah, kedewasaan itupun akan cepat datang karena pada akhirnya mereka akan lebih memilih untuk menikah diusia dini. Dampak lain akan terlihat dari segi ekonomi. orang-orang yang putus sekolah atau berpendidikan rendah, akan berpenghasilan rendah pula yang berakibat pada rendahnya pendapatan perkapita negara. Selain itu merebak buruh kasar dikalangan masyarakat, orang-orang berbondong-bondong jadi TKI, serta perumahan kumuh adalah dampak lain dari putus pendidikan yang dapat kita temui di negeri yang konon “bukan lautan tapi kolam susu” ini.
Dengan pendidikan yang rendah pula, banyak diantara mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan alias kaum pengangguran dan mereka merupakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Sedangkan masalah pengangguran ini di negara kita merupakan masalah yang sudah sedemikian hebatnya, hingga merupakan suatu hal yang harus ditangani lebih serius.  Produktifitas anak putus sekolah dalam pembangunan tidak seluruhnya dapat mereka kembangkan, padahal semua anakindonesia memiliki potensi untuk maju.
Fenomena anak jalanan di Indonesia
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak, mahalnya pendidikan di era zaman modern ini mengakibatkan masyarakat yang tidak mampu tidak bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi kemudian lapangan pekerjaan yang semakin susah untuk anak lulusan SD, SMP maupun SMA, dan ini mengakibatkan terjadi pengangguran di lingkungan masyarakat dimanapun. Sehingga terpaksa mau tidak harus turun ke jalanan untuk mencari uang supaya bisa menghidupi keluarga mereka untuk sehari-hari baik itu dengan cara mengamen, mengemis, dan lain-lainnya. Mereka berjuang keras menjalani kehidupan diluaran sana, bekerja sampai malam hanya untuk mencari sesuap nasi. Ada beberapa motif sehingga mereka turun ke jalanan sebagai berikut:
-          motif semata-mata menopang kehidupan ekonomi keluarga
-          motif untuk mencari kompensasi dari kurangnya perhatian keluarga
-          motif sekedar mencari tambahan uang saku
Motif tipe pertama, anak jalanan pergi ke jalan karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil dan terancam kelangsungannya sedangkan mereka diposisikan sebagai tulang punggung keluarga. Umumnya ini terjadi pada anak jalanan dengan keluarga yang mengalami disharmoni dan tidak memiliki sumber-sumber ekonomi yang dapat mendukung, sehingga mereka harus ke jalan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Anak jalanan dengan motif seperti ini umumnya membelanjakan penghasilannya hanya untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga.
Motif tipe kedua, anak pergi ke jalan sebagai kompensasi dari tidak terpenuhinya kesejahteraa anak di rumah. Dalam penelitian ini anak jalanan yang ditemukan dengan motif tipe kedua ini berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup baik. Akan tetapi karena terjadi disharmoni di dalam keluarga dan terabaikannya fungsi yang seharusnya diperankan orang tua (perhatian, kasih sayang dan bimbingan) mereka kurang mendapat kesejahteraanya, terutama dari aspek emosional, secara baik. Kasus ini sekali lagi menegaskan bahwa kualitas rumah tangga memiliki peranan besar dalam mem-berikan dan memenuhi kesejahteraan anak. Terpenuhinya aspek ekonomi saja bukan jaminan anak sejahtera. Pada keluarga yang pecah atau tidak utuh, baik yang disebabkan oleh perceraian atau meninggalnya salah satu atau kedua orang tua akan memberikan akibat bagi anak berupa:
-          Kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan orang tua
-          Kebutuhan dan harapan tidak terpenuhi
-          Tidak mendapat latihan fisik dan mental
Sebagai akibat ketiga bentuk pengabaian tersebut anak dapat menjadi bingung, risau, sedih, atau malu. Bahkan kadang diliputi rasa dendam dan benci sehingga kemudian mereka menjadi liar dan mencari kompensasi diluar lingkungan keluarga. Mereka mulai sering menghilang dari rumah dan lebih suka menggelandang mencari kesenangan hidup imaginer di tempat-tempat lain. Motif tipe yang ketiga, yaitu sekedar mencari tambahan unag saku. Pada kondisi ini, secara relatif kebutuhan primer anak telah terpenuhi. Namun demikian mereka memiliki inisiatif sendiri untuk mencari tambahan uang saku di jalan. Umumnya mereka berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke bawah. Mayoritas anak jalanan dengan motif seperti ini memilih pekerjaan sebagai pedagang koran dan pedagang kantong plastik.
Praktek bekerja sosial dengan anak dalam penanganan anak putus sekolah
Persoalan putus sekolah merupakan tantangan bagi pekerja sosial. Praktek untuk anak jalanan disana banyak sekali hambatan dan rintangan yang dihadapi oleh mereka. Mereka harus menghadapi kekejaman diluar sana, begitupun dengan anak-anak, seharusnya mereka belajar pada malam hari, malah mereka pergi kejalan untuk mencari uang, begitupun dengan siang harinya seharusnya mereka sekolah seperti anak-anak yang lainnya. Begitu tragisnya anak-anak jalanan yang ada disana, mereka harus menafkahi keluarganya untuk makan. Tapi mereka sangatlah tegar menghadapi kehidupan didunia ini yang sangat kejam sekali, mereka juga harus berinteraksi dengan temna-teman sebaya dan senasib mereka, saling duka dan senang sama-sama.
Data dari susenas menyebutkan ratusan ribu pelajar terancam putus sekolah, mereka berasal dari keluarga miskin. Anak usia sekolah dari keluarga miskin inilah yang potensial keluar dari bangku sekolah sebelum mengantongi ijazah. Dua solusi untuk menolong anak putus sekolah yang tidak mampu yang baik adalah Membangun sekolah rakyat yang baik diperuntukkan bagi anak terlantar dan tidak mampu. Tidak dipungut biaya apa pun dikarenakan ketidaksanggupan membiayainya karena kemiskinan di mana pendirian sekolah tersebut seluruhnya ditanggung pemerintah setempat. Pemerintah setempat memiliki kewajiban melindungi dengan sikap tegas. Sekolah rakyat tersebut disetarakan dengan SD, SMP, SMA, dan Universitas yang berkualitas. Jika negara dan pemerintah setempat tidak sanggup membiayai pembangunan sekolah bahkan yang sederhana sekali pun, kita, terutama warga negara yang memiliki uang gaji berlebih seharusnya memberikan sebagian uangnya kepada anak miskin untuk bersekolah.

Sumber buku
Saripudin, Didin, dkk. (2008). Masyarakat dan Pendidikan (Perspektif Sosiologi). Pahang Malaysia: Yayasan Istana Abdulaziz
Saripudin, Didin, dkk. (2010). Interprestasi Sosiologi dalam Pendidikan. Bandung: Karya Putra Darwati. 
Sumber internet
Aida, Siti. (____). _____. Tersedia: [online] http://sitiaidamakalah.blogspot.com/ [15 Juni 2012].
Armanto, Rahayu Dyah. (_____). Fungsi Sosiologi Pendidikan. Tersedia: [online] http://dyahrahayuarmanto.wordpress.com/tag/fungsi-sosiologi-pendidikan/ [15 Juni 2012]
Karno. (2011). Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan. Tersedia : [online] http://mbahkarno.blogspot.com/2011/10/ruang-lingkup-sosiologi-pendidikan.html [13 Juni 2012]
_____. (2010). Ruang Lingkup Antropologi Pendidikan. Tersedia: [online] http://atropologi.blogspot.com/2010/07/ruang-lingkup-antropologi-pendidikan.html [14 Juni 2012]
Sentirpitu.(2012). Mentalitas Pembangunan Masyarakat. Tersedia: [online] http://sentirpitu.wordpress.com/2012/04/10/mentalitas-pembangunan-masyarakat/ [14 Juni 2012]
Surudin. (___). _____. Tersedia: [online] http://surudin.wordpress.com/ [14 Juni 2012]
Uvri. (2011). Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Antropologi. Tersedia: [online]  http://uvricampuzkuninq.blogspot.com/2011/12/pendidikan-dan-ilmu-ilmu-antropologi.html [15 Juni 2012]
Zhalabe. (2011). Tujuan Sosiologi Pendidikan. Tersedia: [online] http://zhalabe.blogspot.com/2011/11/tujuan-sosiologi-pendidikan.html#.T9lZfZheJ7I [15 Juni 2012]
______. (____). Anak Putus Sekolah. Tersedia [online ]http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/anak-putus-sekolah.html [15 Juni 2012]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar